Mohon tunggu...
KHOIRUN NIMATULULFI
KHOIRUN NIMATULULFI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Mahasiswa aktif pendidikan biologi UIN Walisongo Semarang 😉

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Ektrak Daun Ketapang sebagai Obat Herbal Infeksi Kulit

30 November 2022   21:21 Diperbarui: 30 November 2022   21:33 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia dan tumbuh-tumbuhan memiliki hubungan yang erat dalam kehidupan. Banyak manfaat yang didapatkan oleh manusia dari tumbuh-tumbuhan, tetapi masih banyak tumbuh-tumbuhan di sekitar yang belum diketahui manfaatnya. 

Tumbuh-tumbuhan merupakan berkah dan nikmat Allah SWT yang diberikan kepada seluruh makhluk-Nya. Salah satu tanaman obat yang ada di sekitar lingkungan adalah ketapang. Tanaman ini memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan manusia salah satunya sebagai obat infeksi kulit.

Ketapang (Terminalia catappa L.) merupakan tanaman famili Combretaceae, tanaman ketapang berasal dari daerah tropis di Semenanjung Malaya dan akhirnya tersebar ke seluruh penjuru dunia. Tanaman ketapang pada umumnya memiliki buah berukuran 2 cm dan berwarna hijau sampai kemerah-merahan. 

Tanaman ketapang umumnya dimanfaatkan sebagai peneduh di pekarangan atau di pinggir jalan. Daun ketapang dikenal masyarakat sebagai obat tradisional yang bermanfaat dalam mengobati berbagai penyakit seperti: demam, kudis, penyakit kulit, masalah mulut dan tenggorokan, serta gangguan perut dan diare (Sherlij Dumalang dan Maxi Lengkong, 2011).

Tanaman ketapang banyak di tanam di sepanjang jalan dan di halaman sebagai peneduh. Tanaman ini menjulang tinggi dengan buah yang banyak dan daun-daun yang lebar, sehingga lingkungan di bawah pohon akan terasa sejuk dan teduh. Namun, setiap hari banyak buah dan daun yang jatuh di jalan sehingga menambah sampah organik di lingkungan kampus. 

Jika daun dan buah yang jatuh tersebut tidak dijadikan pupuk organik tetapi hanya dibakar setiap hari maka akan meningkatkan kadar CO2 yang dapat menimbulkan pencemaran udara dan mengganggu kesehatan manusia. Oleh karena itu, untuk mengurangi sampah organik, daun tanaman ketapang ini dapat dimanfaatkan dengan baik sehingga dapat memberikan manfaat pada lingkungan sekitar.

Daun ketapang sering digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional. Zaman sekarang tanaman obat lebih sering digunakan masyarakat daripada obat kimia. Penyebab masyarakat lebih menyukai obat tradisional daripada obat kimia adalah penggunaan obat kimia dalam kurun waktu yang lama dapat memberikan efek samping, sedangkan obat tradisional tidak akan menimbulkan efek samping yang membahayakan jika digunakan dalam kurun waktu yang lama.

 Ketapang merupakan salah satu contoh tanaman obat luar yang dapat digunakan untuk mengobati sakit pinggang, keseleo, salah urat, kudis, kista, gatal-gatal, dan luka bernanah. Ekstrak daun ketapang juga bermanfaat untuk mengobati diare, gangguan pada saluran pencernaan, gangguan pernapasan, menurunkan tekanan darah tinggi, insomnia, dan kencing darah. 

Menurut Robinson (1995), cara kerja flavonoid sebagai antibakteri yaitu dengan membentuk protein secara langsung dengan mengganggu fungsi sel mikroorganisme dan menghambat siklus sel mikroorganisme (Munira dkk, 2018). Kandungan tanin dan flavonoid yang bersifat antibakteri tersebut dapat dimanfaatkan untuk pengobatan infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri.

Pengolahan daun ketapang untuk dijadikan obat infeksi kulit dapat dilakukan sebagai berikut (1) daun ketapang disiapkan; (2) daun ketapang dicuci dan direndam selama satu malam untuk menghilangkan lapisan minyak pada daunnya; (3) daun ketapang yang telah direndam dijemur; (4) daun ketapang yang sudah selesai dijemur difermentasi untuk memaksimalkan keluarnya zat tanin dari daun ketapang;

(5) daun ketapang yang telah difermentasi dijemur agar lebih awet dan tidak lapuk karena proses fermentasi, hal ini dilakukan untuk mengeringkan zat tanin yang telah keluar dan menempel di daun ketapang saat proses fermentasi; (6) membuat ekstrak dari daun ketapang yang telah diolah tersebut; dan (7) mengemas daun ketapang yang sudah diolah dan juga ekstrak dari daun ketapang pada wadah tertutup (I Komang Agus Sutiyasa, 2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun