Mohon tunggu...
Ofi Sofyan Gumelar
Ofi Sofyan Gumelar Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Warga Kota | Penikmat dan rangkai Kata

Today Reader Tomorrow Leader

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Biarkan Duyung Terus MeLamun

26 Mei 2018   16:48 Diperbarui: 27 Mei 2018   10:53 1044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Duyung sedang meLamun (sumber: Anugrah Nontji/ Buku Dugong Bukan Puteri Duyung)

Di teluk Banten, seagrass disebut lamun, di kepulauan seribu disebut rumput pama, di kepulauan Riau disebut rumput setu atau setu laut, sedangkan di Maluku utara disebut rumput gusumi.

Selain menjadi makanan utamaku, lamun juga menjadi ekosistem bagi hewan laut lainnya. Di padang lamun ikan baronang, kakap dan ikan lainnya biasanya bermain-main pada masa usia belia (nursery). Di sana aku sering bertemu dengan mereka yang berenang lincah disela-sela daun lamun. Kadang aku juga sering bertemu dengan penyu-penyu yang mencari makan di padang lamun.

Itulah mengapa salah satu kebiasaanku ketika memakan lamun adalah kerap memutar kepala maupun mengacak-acak pasir disekitar lamun yang kumakan. Ini tak lain supaya ikan-ikan kecil yang bermain disekitar lamun bisa segera menyingkir. Kalau tidak bisa-bisa ikan-ikan tersebut  ikut tertelan juga.

aku suka sekali makan lamun. Dalam sehari aku bisa mengkonsumsi sebanyak 40 kilogram lamun. Demi mendapatkannya, aku bisa bertualang dari satu padang lamun ke padang lamun lainnya. Indonesia memiliki kurang lebih 1507 Km2 padang lamun. 

Tapi kata para ahli, mungkin hanya sekitar 5 persen yang kondisinya masih bagus, sisanya tergolong tidak sehat. Inilah yang menjadi kekhawatiranku saat ini. Bagaimana aku bisa mendapatkan makanan jika kondisi padang lamun tersebut tidak sehat?

Status Lamun di Indonesia menurut hasil riset LIPI (Sumber: Booklet Status Lamun 2017, LIPI)
Status Lamun di Indonesia menurut hasil riset LIPI (Sumber: Booklet Status Lamun 2017, LIPI)
Lalu apa yang menyebabkan padang lamun tersebut tidak sehat? Dari para peneliti lembaga DSCP Indonesia yang sering kucuri dengar saat mereka bercakap-cakap di laut, aku mengetahui setidaknya ada banyak faktor penting yang menyebabkan kerusakan padang lamun.

Selain oleh bencana alam, seperti tsunami, badai maupun arus laut yang kuat, ada juga faktor lain yang disebabkan oleh aktifitas manusia. Faktor alam tentu saja tak dapat dicegah, tapi faktor kerusakan yang disebabkan oleh aktifitas manusia harusnya dapat dihindari. Apa saja itu?

Pertama, pembangunan konstruksi yang makin menjorok ke laut. Kalian tahu kalau padang lamun berada pada perairan dangkal dekat pesisir? Ketika pesisir dirubah menjadi bangunan beton, entah untuk pelabuhan, dermaga, resort, atau mungkin reklamasi yang sedang ngetren saat ini, menyebabkan padang lamun disekitar pesisir pantai tergerus habis. Selain itu pengerukan dan penimbunan wilayah pesisir secara terus menerus menyebabkan banyak area padang lamun harus rela berkurang.

Padahal aku yakin pemerintah sudah memiliki rencana rata ruang dan rencana wilayah yang membuat zonasi khusus untuk wilayah pesisir. Namun, terkadang atas nama ekonomi dan pembangunan, kawasan lindung ataupun konservasi bisa direvisi dan dirubah menjadi zona industri maupun kawasan ekonomi. Banyak contoh untuk ini, dan sepertinya alih fungsi lahan sudah menjadi hal yang umum.

Aku masih ingat, dulu aku sering bermain-main di sekitar teluk Balikpapan. Tapi kini, aku sudah tak pernah bisa bermain ke sana. Kini daerah tersebut menyeramkan bagiku. Berdirinya industri pengolahan minyak bumi disana membuat daerah tersebut berubah total. 

Ada banyak kapal-kapal besar hilir mudik disana. Aku takut tertabrak oleh mereka. Aku tak tahu apakah disana masih ada padang lamun? Namun yang pasti, kalau pun ada, pastilah lamunnya sudah tercemar oleh buangan limbah akibat aktifitas disekitarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun