Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Profesionalitas dalam menilai logika

12 Agustus 2025   06:37 Diperbarui: 12 Agustus 2025   06:37 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi teis dan ateis idealnya memang mestinya wajar kalau perang dalil logika,Tapi kalau logika yg mengarah pada agama tanpa dialog-tanpa komunikasi terbuka misal langsung di vonis salah-negatif maka itu mesti dipersoalkan alasannya,Karena orang beragama pun sudah biasa-sudah budaya bahkan dari ribuan tahun lalu kalau main logika mah

Karena yg ideal bukan panik atau langsung main stigma-frame-vonis,Tapi bersikap profesional,misal mengajak dialog-diskusi-mengadu argumentasi secara santai dan terbuka dengan memakai asas asas atau prinsip ilmu logika

Karena ilmu logika sendiri itu dibaca oleh semua fihak yang berbeda pandangan termasuk orang beragama,Dan ilmu logika tak langsung memposisikan diri berada di kubu mana,ilmu logika hanya mengajarkan tatacara berpikir-bukan mengajarkan ideologi atau keyakinan tertentu

......

Nah,Agar penggunaan akal-logika dan ilmu logika bersifat profesional (orientasi mengikuti aturan logika-bukan mengikuti keyakinan atau ideologi tertentu) maka di awal ia mesti ditempatkan secara netral-sesuai aturan logika- tak boleh langsung di posisikan memihak pada satu kubu-satu ideologi atau satu pandangan tertentu

Bahkan bagi orang beragama sendiri ketika menggunakan sarana ilmu logika tetep mesti profesional-jadi tidak boleh berprinsip karena yakin maka sesuatu itu logis tapi karena sesuatu itu logis maka yakin.Artinya dalam struktur ilmu logika yakin tetep ditaruh di belakang sebagai hasil dari berpikir

Prinsipnya Tuhan menyuruh manusia MIKIR DULU-BUKAN YAKIN DULU.Kalau cuma yakin yang disasar maka orang beragama tak akan disuruh mencari ilmu bahkan sampai ke negeri Cina-menurut hadits

Demikian pula bagi ateis-materialist-Tak boleh ada perasaan ingin monopoli atau menempatkan logika atau filsafat (sebagai institusi yang bergumul dengan logika) langsung pada kutub tertentu-Jangan bikin frame seolah filsafat identik dengan skeptisisme,Ini sama  sebagaimana jangan ada klaim "sains identik dengan agnotisisme" -Atau dengan cara pandang tertentu lainnya

Menempatkan infrastruktur peralatan berpikir termasuk sains-logika-filsafat secara netral memang perlu kedewasaan secara ilmiah

Kecuali setelah membuat struktur argumentasi berdasar logika orang boleh klaim "logic-berdasar logika-rasional" dan mempublikasikannya ke publik-Karena nanti publik akan memeriksa struktur argumentnya-bukan klaimnya

Kalau misal tanpa dibekali bangunan argument langsung klaim ideologinya sesuai logika lalu menyerang fihak lawan sebagai tidak logic maka itu hanya klaim-bukan penggunaan logika secara profesional

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun