Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apakah Jiwa Itu Tidak Ada? Kritik Atas Ryu Hasan

2 Januari 2023   14:49 Diperbarui: 2 Januari 2023   15:07 7239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images: KajianPustaka.com

Ada banyak teori psikologi yang menjelaskan manusia,terkini neurosains digadang gadang menjadi disiplin ilmu yang mewakili sains dalam menjelaskan manusia seperti yang di promosikan Ryu hasan.Masihkah semua penjelasan tsb bersesuaian dengan hakikat manusia yang sampai hari ini tak pernah berubah ?

Kalau ada penjelasan tentang manusia, baik itu teori psikologi maupun neurosains yang tidak menerima atau mengingkari fakta yang ada pada diri manusia seperti adanya nurani,adanya akal,adanya hawa nafsu maka teori atau penjelasan tsb mesti diragukan kebenarannya

Demikian pula bila ada teori yang menyebut "jiwa itu tidak ada" mesti kita pertanyakan kebenarannya, karena sejak tahun 1 sampai hari ini fenomena yang diperlihatkan manusia selalu terbagi pada 2 aspek ;biologis dan psikologis, aspek ruhaniah dan jasmaniah,selalu karakternya dualistik

Kalau menyebut "jiwa tidak ada" artinya = menganggap manusia hanya tubuh,materi,jasad,jasmani karena jiwa adalah akumulasi seluruh unsur non tubuh-non biologis yang ada dlm diri manusia spt ; pikiran,akal,perasaan, kalbu-hati,emosi.Semua yg saya sebut belakangan tak bisa disebut unsur materi atau biologis

.............................................

Oke, setelah saya deskripsikan sekilas tentang makna "hakekat" sebagai bahan acuan serta perbandingan dalam melihat dan menilai serta memahami sesuatu kita kembali ke tema yang akan kita kritisi yaitu statement statement Ryu

Beliau menyatakan ;
1."psikoanalisa sudah usang"
2."jiwa itu tidak ada"
3."fenomena jiwa hanya kinerja otak"

Pertama,sebenarnya tak perlu revolusioner menyatakan psikoanalisa usang,atau teori psikologi tertentu runtuh bila penjelasannya masih relevan dengan fenomena yang melekat pada manusia sebagai HAKEKAT NYA

Contoh ; bila teori psikologi bicara perihal persoalan psikologis yang terjadi pada manusia atau bicara aspek psikologis yang melekat pada manusia selama itu paralel dengan kenyataan yang menjadi hakekat manusia mengapa harus ditolak

Jadi dalam menjelaskan sesuatu tak perlu main hantam misal dengan beranggapan bahwa "ini satu satunya penjelasan paling sempurna dan yang lain harus dibuang" apalagi menyangkut manusia yang persoalannya demikian kompleks karena fenomena yg diperlihatkan pun kompleks,bukan cuma fenomena biologis tapi non biologis-psikologis atau "ruhaniah".Bisakah neurosains dan biopsikologi total menggantikan disiplin keilmuan lain dalam menjelaskan kompleksitas manusia ?

Menurut saya harusnya ada kolaborasi dari berbagai aspek,disiplin keilmuan dalam menjelaskan manusia,mana ranah ilmu jiwa-psikologi,mana ranah neurosains, mana ranah biopsikologi, mana aspek ruhaniah,mana ranah biologi,mana ranah medis dlsb.Dari memperbandingkan semua pandangan dan sudut pandang itu nanti kita bisa ambil benang merah yg sesuai dengan hakikat atau realitas manusia.Atau kita bisa melihat manusia secara lebih menyeluruh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun