Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Poligami versi PSI, Menyerang Tuhan atau Menyerang Manusia?

18 Desember 2018   06:41 Diperbarui: 18 Desember 2018   11:41 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bila petinggi PSI menyerang manusia-pelaku poligami disini,yang berlaku tidak adil sehingga banyak terjadi perceraian dan meminta mereka berlaku adil maka itu merupakan suatu kebaikan karena sesuai dengan prinsip 'amar ma'ruf nahi munkar' yang diperintahkan agama.

Tetapi sebaliknya kalau dengan menggunakan sampel data yang menunjukkan banyaknya terjadi penyimpangan dalam praktek poligami yang membuat banyak terjadi kasus perceraian itu lalu merumuskan poligami sebagai bentuk ketidak adilan terhadap perempuan maka itu sama dengan telah menyerang Tuhan

Walau kalau mau adil dan berimbang harusnya diungkapkan pula sampel contoh wanita wanita yang nyaman dalam arti bahagia dalam keluarga yang ber poligami.sebab kalaulah dibuat perbandingan jangan jangan yang negatif  atau yang melakukan pelanggarannya itu hanya segelintir.lalu secara keilmuan valid kah membuat rumusan dari sampel yang hanya segelintir dengan menafikan yang sebaliknya yang kemungkinan lebih banyak  ?

Karena walau praktek poligami itu telah ada jauh sebelum islam datang tetapi kalau konsep demikian telah ada tercantum dalam kitab suci maka itu artinya poligami telah menjadi salah satu bagian dari konsep Tuhan untuk manusia. sebab itu aspek sosiologis dari poligami mustahil bisa dilepaskan dari aspek teologisnya kecuali bila itu menyangkut yang terjadi di kalangan orang orang ateis yang tak beragama misal

Apa makna dibalik adanya konsep demikian untuk manusia ? .. itulah yang harus didalami oleh umat manusia termasuk petinggi PSI jangan sampai melihat secara sepintas hanya dari satu sisi tapi menafikan sisi lain yang merupakan aspek utamanya.

Dan intinya Tuhan membuat konsep demikian tentu bukan untuk agar manusia-laki laki utamanya disini,berlaku tidak adil terhadap perempuan. tetapi manusia adalah makhluk yang memiliki hawa nafsu sehingga dalam prakteknya selalu mungkin terjadi penyimpangan penyimpangan

Tuhan meng konsep poligami bukan untuk ditetapkan sebagai kewajiban-bukan juga sebagai suatu yang dianjurkan tetapi sebagai alternatif-jalan keluar-opsi pilihan ketika manusia-baik laki laki maupun kaum perempuan dihadapkan pada suatu persoalan tertentu yang memerlukan jalan keluar tentunya.persoalan yang dapat menggunakan jalan keluar opsi poligami diantaranya :

1.kondisi sosial darurat seperti kondisi perang dimana banyak janda korban perang yang memerlukan perlindungan baik sosial-psikologis maupun ekonomis sedang jumlah lelaki lajang minim
2.lelaki yang memiliki isteri yang mandul sedang ia sangat menginginkan serta memerlukan keturunan untuk keperluan eksistensi kehidupannya sedang di sisi lain ia tak ingin menceraikan isteri pertamanya
3.laki laki yang memiliki isteri yang sakit parah sehingga tidak memungkinkan memberi pelayanan biologis yang maksimal terhadap sang suami sedangkan sebagai lelaki normal sang suami masih membutuhkan pemenuhan biologis yang normal tapi di sisi lain ia tak ingin menceraikan isteri pertama nya
4.laki laki yang memiliki hasrat biologis yang tinggi- over yang tidak memiliki kekuatan menahan hasrat terhadap wanita lain dan memilih berpoligami agar tidak jatuh pada perzinahan
5.laki laki yang memiliki harta berlebih atau memiliki kekuatan secara sosial seperti memiliki kekuasaan dan berhasrat membantu wanita yang lemah baik secara ekonomi-sosial dlsb.
6.dan banyak lagi kasus yang ditemui yang dapat diselesaikan dengan menggunakan opsi poligami

Itulah dalam melihat persoalan manusiawi agama Ilahi bersifat realistis,rasional,humanistik,melihat kenyataan sesungguhnya-tidak utopis-tidak hanya berdasar retorika

Dalam fakta kenyataannya semisal di lingkungan tempat saya berada tidak sedikit wanita yang tidak berdaya secara sosiologis-ekonomis yang tertolong oleh konsep poligami,hidup mereka lalu menjadi tenteram, tak harus sampai menggelandang atau terlunta lunta atau jatuh ke jurang pelacuran,saya bahkan bisa menunjuk contoh orang orangnya karena ada di sekitaran saya

Dan itulah makna dari poligami harus didalami terlebih dahulu sebelum membuat statement statement yang negatif terhadapnya.jangan sampai melihat hanya dari satu sisi sehingga sisi utamanya malah ikut tertenggelamkan karena yang namanya manusia sebagai makhluk yang memiliki hawa nafsu dimanapun ia berada apapun yang ia lakukan selalu mungkin bagi terjadinya pelanggaran.contoh, ketika manusia ada dalam institusi kenegaraan maka tidak sedikit yang melakukan pelanggaran dengan melakukan korupsi,dalam institusi kepolisian,ketentaraan juga selalu mungkin bagi terjadinya penyimpangan.tetapi terjadinya penyimpangan penyimpangan itu bukan lantas menuntut agar institusi tempatnya bernaung itu harus dibubarkan.

Jadi cara melihat serta berfikir dalam menyikapi segala suatu termasuk masalah poligami ini harus proporsional sekaligus rasional alias 'konstruktif', intinya harus bisa melihat serta lalu memilah mana konsep Tuhan dan mana unsur manusia pelaksana nya,mana agama dan mana manusia pelakunya.jangan sampai perilaku manusia baik atau buruk selalu langsung diparalelkan dengan agama yang ia anut karena manusia sebagai makhluk yang memiliki hawa nafsu selalu mungkin jatuh pada dosa-kekeliruan-kesalahan-pelanggaran-kemunafikan dlsb.

Sebab itu menyerang-membuat rumusan tentang agama atau suatu konsep yang ada dalam agama dengan menggunakan sampel perilaku penganutnya yang melakukan kesalahan-pelanggaran adalah cara berfikir yang cacat secara logika karena membuat kesimpulan tidak dengan berangkat dari substansi tetapi membuat rumusan hanya dengan sekedar melihat serta mengamati dari permukaan kulit luar semata yang bahkan dapat bertentangan dengan substansi nya

Tetapi saya faham dan masih memaklumi kalau petinggi PSI melakukan hal demikian (mendeskreditkan konsep poligami) pertama, karena mereka orang luar islam yang di sinyalir tidak atau belum mendalami ajaran islam secara konstruktif-terstruktur.kedua,karena mereka kaum perempuan yang dalam melihat persoalan poligami ini lebih dengan menggunakan rasa perasaan nafsu emosi kewanitaan bukan dengan menggunakan hati nurani-akal budi serta logika akal sehat (rasionalitas)

Padahal mengukur konsep Tuhan itu tak boleh dengan menggunakan rasa perasaan nafsu emosi karena yakin banyak yang tidak akan nyambungnya. karena rasa perasaan nafsu manusiawi itu kecenderungannya ingin lepas-bebas-tidak tertekan-tidak tersakiti.sedang konsep agama terhadap rasa perasaan nafsu intinya adalah pengendalian (bukan pembunuhan). masalahnya adalah,apakah manusia (dalam persoalan rasa perasaan nafsu itu) mau dikendalikan oleh agama atau ingin bebas lepas ?

Kedua,agama lebih mementingkan serta mengutamakan unsur ruhani-akal budi sebagai simbol ketinggian serta kemuliaan manusia dimana rasa perasaan nafsu harus ditempatkan dibawahnya bukan sebaliknya rasa perasaan nafsu ditempatkan diatas-sebagai raja dalam jiwa dengan menginjak injak atau merendahkan peran nurani dan akal sehat sebab kalau demikian maka hilanglah ketinggian derajat manusia

Memang kalau di ukur dengan rasa perasaan nafsu wanita poligami itu nampak menyakitkan-tidak meng enakkan.tetapi sekali lagi dalam agama rasa perasaan nafsu tidak bisa dan tidak boleh dijadikan parameter-barometer-patokan karena manusia diberi oleh Tuhan unsur yang memiliki derajat-kualitas serta kapasitas yang lebih tinggi dari hawa nafsu yaitu nurani serta akal

Yang sangat saya herankan justru adalah apabila ada orang orang dibelakang PSI yang mengklaim muslim yang meng iya kan atau mendukung statement statement PSI yang berkaitan dengan agama islam sehingga wajar kalau publik akan berfikir jangan jangan euuuuu . ... walau kita tak boleh bermain vonis secara mutlak terhadap manusia sebab soal hati Tuhan yang lebih tahu. tapi mempertanyakan itu suatu yang wajar tentunya

Sekarang tinggal bagaimana sikap kaum muslim sendiri,apakah mereka mau-rela pemahaman keagamaan mereka dikendalikan oleh fikiran fikiran fihak yang diluar mereka ? ..sebab dimana kemandirian kaum muslim andai pemahaman terhadap agama mereka dibuat- disetting-didesain apalagi ditentukan oleh fikiran fikiran yang berasal dari luar mereka,katakan contohnya andai disetting oleh fikiran 'liberalis' dlsb.atau ideologi ideologi dunia yang merupakan ciptaan manusia

Dulu ada fihak luar yang mencoba mensetting penafsiran terhadap ayat Al qur an surat al maidah 51 tetapi untung  umat islam masih bereaksi, karena suatu ketak pantasan kalau misal kaum muslim malah meminta tolong fihak luar untuk menafsirkan ayat ayat kitab suci yang biasa mereka baca tiap hari atau menafsir kitab suci berdasar cara pandang fihak luar yang  belum tentu se haluan dalam beragama
......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun