Jadi cara melihat serta berfikir dalam menyikapi segala suatu termasuk masalah poligami ini harus proporsional sekaligus rasional alias 'konstruktif', intinya harus bisa melihat serta lalu memilah mana konsep Tuhan dan mana unsur manusia pelaksana nya,mana agama dan mana manusia pelakunya.jangan sampai perilaku manusia baik atau buruk selalu langsung diparalelkan dengan agama yang ia anut karena manusia sebagai makhluk yang memiliki hawa nafsu selalu mungkin jatuh pada dosa-kekeliruan-kesalahan-pelanggaran-kemunafikan dlsb.
Sebab itu menyerang-membuat rumusan tentang agama atau suatu konsep yang ada dalam agama dengan menggunakan sampel perilaku penganutnya yang melakukan kesalahan-pelanggaran adalah cara berfikir yang cacat secara logika karena membuat kesimpulan tidak dengan berangkat dari substansi tetapi membuat rumusan hanya dengan sekedar melihat serta mengamati dari permukaan kulit luar semata yang bahkan dapat bertentangan dengan substansi nya
Tetapi saya faham dan masih memaklumi kalau petinggi PSI melakukan hal demikian (mendeskreditkan konsep poligami) pertama, karena mereka orang luar islam yang di sinyalir tidak atau belum mendalami ajaran islam secara konstruktif-terstruktur.kedua,karena mereka kaum perempuan yang dalam melihat persoalan poligami ini lebih dengan menggunakan rasa perasaan nafsu emosi kewanitaan bukan dengan menggunakan hati nurani-akal budi serta logika akal sehat (rasionalitas)
Padahal mengukur konsep Tuhan itu tak boleh dengan menggunakan rasa perasaan nafsu emosi karena yakin banyak yang tidak akan nyambungnya. karena rasa perasaan nafsu manusiawi itu kecenderungannya ingin lepas-bebas-tidak tertekan-tidak tersakiti.sedang konsep agama terhadap rasa perasaan nafsu intinya adalah pengendalian (bukan pembunuhan). masalahnya adalah,apakah manusia (dalam persoalan rasa perasaan nafsu itu) mau dikendalikan oleh agama atau ingin bebas lepas ?
Kedua,agama lebih mementingkan serta mengutamakan unsur ruhani-akal budi sebagai simbol ketinggian serta kemuliaan manusia dimana rasa perasaan nafsu harus ditempatkan dibawahnya bukan sebaliknya rasa perasaan nafsu ditempatkan diatas-sebagai raja dalam jiwa dengan menginjak injak atau merendahkan peran nurani dan akal sehat sebab kalau demikian maka hilanglah ketinggian derajat manusia
Memang kalau di ukur dengan rasa perasaan nafsu wanita poligami itu nampak menyakitkan-tidak meng enakkan.tetapi sekali lagi dalam agama rasa perasaan nafsu tidak bisa dan tidak boleh dijadikan parameter-barometer-patokan karena manusia diberi oleh Tuhan unsur yang memiliki derajat-kualitas serta kapasitas yang lebih tinggi dari hawa nafsu yaitu nurani serta akal
Yang sangat saya herankan justru adalah apabila ada orang orang dibelakang PSI yang mengklaim muslim yang meng iya kan atau mendukung statement statement PSI yang berkaitan dengan agama islam sehingga wajar kalau publik akan berfikir jangan jangan euuuuu . ... walau kita tak boleh bermain vonis secara mutlak terhadap manusia sebab soal hati Tuhan yang lebih tahu. tapi mempertanyakan itu suatu yang wajar tentunya
Sekarang tinggal bagaimana sikap kaum muslim sendiri,apakah mereka mau-rela pemahaman keagamaan mereka dikendalikan oleh fikiran fikiran fihak yang diluar mereka ? ..sebab dimana kemandirian kaum muslim andai pemahaman terhadap agama mereka dibuat- disetting-didesain apalagi ditentukan oleh fikiran fikiran yang berasal dari luar mereka,katakan contohnya andai disetting oleh fikiran 'liberalis' dlsb.atau ideologi ideologi dunia yang merupakan ciptaan manusia
Dulu ada fihak luar yang mencoba mensetting penafsiran terhadap ayat Al qur an surat al maidah 51 tetapi untung  umat islam masih bereaksi, karena suatu ketak pantasan kalau misal kaum muslim malah meminta tolong fihak luar untuk menafsirkan ayat ayat kitab suci yang biasa mereka baca tiap hari atau menafsir kitab suci berdasar cara pandang fihak luar yang  belum tentu se haluan dalam beragama
......