Mohon tunggu...
setiadi ihsan
setiadi ihsan Mohon Tunggu... Dosen - Social Worker, Lecturer.

Menulis itu tentang pemahaman. Apa yang kita tulis itulah kita.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Tanggung Jawab Sosial dari Mereka yang Menegakkan Salat

13 Januari 2021   02:26 Diperbarui: 13 Januari 2021   02:28 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Irisan perilaku orang beriman dengan al-mushalliin./olah ​ pribadi

Mari kita diskusikan mengenai ketiga kelompok ayat mengenai mushalliin ini.

Dalam Surat al-Ma'arij, Mushalliin dijelaskan dengan sejumlah karakteristik. Dalam Surat al-Mudhatsir, menjelaskan siksaan bagi mereka yang bukan termasuk kelompok Mushalliin, dan di surat al-Ma'un, para Mushalliin dijelaskan sebagai penipu/pendusta ad-diin.

Dalam ayat 19-21 Surat al-Ma'arij, tiga ayat yang mengantarkan kepada istilah mushalliin, kita dapat melihat sifat manusia yang Allah gambarkan dengan istilah "halu'an", suka mengeluh.

Menarik, apa yang disampaikan oleh Dr. Qamar Zaman, berkebangsaan Pakistan, mengenai QS 19-21 ini, dengan memberikan penjelasan bahwa manusia pada dasarnya adalah penuh cinta dan mudah bergaul, tetapi pergantian zaman telah mengantarkan menusia menjadi orang yang tidak sabar dan mudah tersinggung. dalam menjelaskan kata "khuliqa", yang berarti telah diciptakan,

Qamar Zaman menguraikan bahwa kata ini merupakan 'kata kerja pasif', - tindakan (atau kata kerja) merujuk kepada Tuhan. Tuhan dijadikan sebagai 'subjek'; sedangkan, dalam bentuk pasif ini, tidak ada subjek. Subjek itu seharusnya ditempatkan dalam sebuah konteks. 

Oleh karena itu, khuliqa hubungan di sini adalah dengan 'objek' -manusia itu sendiri- kebiasaannya, keinginannya sendiri dan pola masyarakat yang mana membuatnya menjadi manusia yang pemarah, tidak sabar, sementara, awalnya diciptakan oleh Tuhan dengan indera yang lebih halus di garis cinta dan persahabatan. Manusia akhirnya turun ke level tertentu di mana, jika menimbulkan rasa sakit atau masalah, berteriak keras serta mengeluh; dan, jika bertemu dengan kebaikan, berubah menjadi penghambat rezeki atau kikir. Tapi, seorang Mushalliin tidak seperti ini. Berbeda dengan sikap di atas, mereka tetap teguh di jalan shalat mereka. 

Sampai di sisni, semoga kita dapat memahami bahwa "Sholat" adalah "Kode Kehidupan-Code of life" di mana seseorang tetap menjadi manusia. Dia penuh cinta. Dia hidup sesuai dengan tujuan penciptaan yang ditentukan Tuhan, dan tetap baik hati. Dia tidak menjadi seorang yang tidak sabaran dan mengiritasi. Dia tidak berteriak keras, mengeluh dalam kesakitan dan kesusahan. Demikian pula, ketika dia diberkati dengan kekuasaan dan kekayaan, dia bekerja untuk kesejahteraan umat manusia. Tidak hanya dia menghindari semua yang jahat, tapi sifat baiknya diringkas dalam pengejaran itu. Kode Kehidupan yang telah diberikan Tuhan kepadanya, yaitu, dia mengikuti bimbingan ilahi dengan mantap.

Itulah orang-orang yang mengakui hak-hak orang yang dirampas dan mereka yang membutuhkan. Mereka memverifikasi, dengan perbuatan mereka, semua itu adalah perintah-perintah yang disebut ad-Diin; dan mereka sangat takut akan munculnya akibat negatif yang berasal dari perbuatan jahat dan disebut sebagai siksaan, karena siksaan itu kebalikan dari perdamaian. Tidak hanya Mushalliin ini, tetapi juga mereka yang ada di bawah kepemilikan tangan kanan mereka, yang melindungi "furuuj" mereka, kecuali dengan "azwaaj" mereka, dan tidak ada kesalahan bagi mereka. 

Tindakan apa pun selain itu adalah pelanggaran. Mereka memenuhi kewajiban dan menghormati kesaksian mereka. Dan pada akhirnya, mereka adalah orang-orang yang menjaga shalat mereka, maka dijelaskan dengan terang apa yang dimaksud dengan shalat itu. Artinya, shalat itu didirikan di dasar-dasar perintah ilahi yang tidak memiliki suatu aspek negatif; sebaliknya, semua atributnya positif; dan dengan atribut positif ini, mereka menghilangkan kejahatan dari masyarakat dan menanamkan hal-hal yang baik, dan proses itu membantu dalam mendirikan masyarakat yang direformasi, yaitu terdapat banyak penyediaan berkah dari Tuhan.

Mereka membuka diri untuk semua orang.  Sebaliknya, tentang mereka yang bukan Mushalliin, begitulah adanya ditahbiskan dalam Surat "al-Mudatsir", bahwa mereka dipertanyakan oleh kaum "Ashabul-yamin", yaitu yang dijelaskan sebelumnya sebagai: orang yang benar dan diberkati; memiliki akhlak dan moral yang tinggi; bertindak sesuai dengan perintah ilahi; dihormati dalam pandangan Tuhan; dan dihujani dengan nikmat Tuhan; tentang dosa apa yang telah mereka lakukan sehingga menimpa mereka hukuman/azab. Mereka akan menjawab dengan mengatakan bahwa mereka bukan golongan mushalliin. Kemudian mereka akan menjelaskan bahwa mereka sebenarnya orang-orang yang tidak memberikan sebagian rezeki kepada kaum miskin.

Ini menjadi poin yang sangat penting. Tidak menyediakan rezeki bagi kaum miskin membuat manusia mendapat azab/siksaan. Mereka tidak lagi termasuk kaum mushalliin. Mereka menjadi penjahat. Pada kenyataannya, kaum miskin tidak hanya kelompok yang biasa kita sebut miskin (ketiadaan atau kekurangan secara materil). Setiap orang yang telah dirampas haknya dan yang rezekinya tidak disediakan untuk mereka, maka mereka adalah kaum miskin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun