Jejak Si Udiin - 4.8.2018
Pengalaman pertama kalinya masuk Desa Gombengsari. Lumayan dingin ternyata. Padahal nggak hujan. Akses menuju lokasi bisa dibilang lumayan sulit. Menerobos gang sempit, kanan kiri pohon kopi. Sesampai di lokasi langsung disambut bapak-bapak yang sibuk mengumpulkan bji kopi akibat mendung kian mulai pekat. Cuaca hari ini nampaknya kurang bersahabat. Panas sebentar, eh mendung lagi. Begitupun seterusnya sampai negara api mulai menyerang.Â
Ada yang unik ketika proses filter. Memilah biji kopi lanang (laki) dengan biji kopi perempuan ada tekniknya loh. Kalau dilihat sekilas sih hampir sama. Tapi kalau dilihat lebih jelih lagi pasti berbeda. Ini nih kuncinya kenapa kopi desa lebih nikmat rasanya daripada kopi cafe. Prosesnya panjang.
Program Beyond Engineering Education (BEE) kerjasama antara Negara Korea dengan Indonesia memilih Gombengsari sebagai tempat penelitian produk kopi.Â
Setelah itu kuhampiri lelaki parubaya yang sedang menggendong cucunya. "H.O dulu bersikeras ingin kuliah agar tahu dunia luar sana." H.O bisa dibilang cukup beruntung. Satu dari sekian teman sekampung yang bisa mengenyam bangku kuliah.
Konsep pendekatan seperti apa Pak. H.O sampai bisa berkembang seperti ini? Sembari tersenyum. "Mengajak orang desa itu sulit. Yang terpenting bagaimana caranya binaan kita bisa sukses dulu. Lambat laun pasti mengikuti sendiri."
Proses panjang membuahkan hasil. Gombengsari kini terkenal dengan produk unggulan Kopi Lego dan susu kambing etawa. Yaa kurang lebih seperti itu. Hampir setiap akhir pekan ku sempatkan berkunjung ke berbagai desa. Mencari sosok inspiratif yang bisa bermanfaat bagi masyarakat sekitar.