Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, jadi Game Changer untuk lingkunganmu!

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Punya Banyak Sampah, Mengapa Masih Sedikit PLTSa di Indonesia?

17 Juli 2025   14:55 Diperbarui: 19 Juli 2025   13:34 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampah Berserakan (sumber: Freepik)

Sampah adalah persoalan klasik yang terus menerus berkemelut di Indonesia. Dengan penduduk sebanyak 286 juta jiwa, Indonesia memiliki timbunan sampah sebanyak 34,2 juta ton dari 317 kabupaten/kota pada tahun 2024 (Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional, 2024).

Dengan jumlah tersebut, Indonesia menjadi negara terbesar ke-5 sebagai penyumbang sampah plastik ke lautan menurut World Bank, dan negara terbesar ke-2 penghasil sampah makanan setelah Arab Saudi.

Salah satu solusi yang dicanangkan pemerintah untuk mengatasi permasalahan sampah adalah dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Hal ini tertuang dalam Peraturan Presiden No. 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan. 

Tujuan PLTSa bukan hanya mengurangi tumpukan sampah, tetapi juga menggantikan pemakaian batu bara yang tidak terbarukan untuk menghasilkan listrik. Namun, hingga hari ini masih belum banyak PLTSa yang dibangun dan beroperasi secara penuh. 

Melalui Siaran Pers Nomor 157 Tahun 2019 milik Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), tercatat hanya ada 12 PLTSa yang siap beroperasi pada tahun 2019 hingga 2022. Mirisnya lagi, dari 12 PLTSa tersebut, hanya PLTSa Putri Cempo di Surakarta dan PLTSa Benowo di Surabaya yang telah beroperasi secara penuh.

Baca selengkapnya: Mengenal PLTSa, Revolusi Energi Terbarukan dari Tumpukan Sampah 

Mengapa masih sedikit PLTSa di Indonesia?

Tidak bisa dipungkiri bahwa pembangunan PLTSa masih diselimuti pro-kontra dari kalangan aktivis lingkungan, pemulung dan masyarakat setempat.

Hasil kajian Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) yang dilansir melalui Kompas, menyebutkan bahwa PLTSa menimbulkan polusi udara dan konflik dengan masyarakat atau pemulung. Fasilitas PLTSa juga tidak adaptif terhadap kondisi sampah yang ada sehingga terindikasi menggunakan sampah dari wilayah lain agar PLTSa tetap dapat beroperasi.

Baca juga: Sampah Lokal Overload, Mengapa Indonesia Tetap Mengimpor Sampah?

Selain kedua hal di atas, pembangunan PLTSa jufa diliputi beberapa kekhawatiran lain seperti:

1. Sampah mengandung zat berbahaya 

Tumpukan sampah di TPA merupakan gabungan dari sampah makanan, plastik, kain, logam berat dan terkadang limbah berbahaya dan beracun. Bahan-bahan ini apabila dibakar dapat mengeluarkan asap berbahaya yang bisa terhirup oleh masyarakat sekitar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun