Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, jadi Game Changer untuk lingkunganmu!

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Ironi Hidup Berdampingan dengan Sampah

25 Juni 2025   11:46 Diperbarui: 30 Juni 2025   04:25 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampah yang berserak di sudut jalan (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Pemerintah sendiri telah mengeluarkan larangan pembakaran sampah pada Undang-Undang (UU) Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Dalam Pasal 29 ayat 1 huruf G menyatakan bahwa setiap orang dilarang membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah.

Sayangnya banyak orang yang tidak tahu ataupun tidak peduli dengan peraturan ini. Padahal ada atau tidaknya peraturan, membakar sampah tetaplah membahayakan.

Baca juga: Refleksi 21 Februari: Hari Peduli Sampah Nasional, Sudahkah Kita Peduli?

Membakar sampah di tengah pemukiman (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Membakar sampah di tengah pemukiman (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Melansir dari HaloDoc, pembakaran sampah bisa menciptakan uap yang mengandung zat beracun seperti karbon dioksida, karbon monoksida, nitrogen oksida, hidrokarbon dan gas beracun lainnya. Karbon monoksida sendiri diungkap U.S. Environmental Protection Agency, merupakan zat yang paling banyak memicu penyakit pernapasan seperti ISPA.

Terlebih jika yang dibakar adalah sampah plastik atau logam berkarat, maka material seperti dioksin, Benzo(a)pyrene (BAP) dan polyaromatic hydrocarbons (PAHs), bisa menyebar dan telah terbukti menyebabkan kanker.

Baca juga: Mengenal Mikroplastik, Partikel Kecil yang Mengancam Kehidupan Sehari-hari

Memupuk kesadaran dan kepedulian terhadap sampah

Memupuk kesadaran dan kepedulian terhadap sampah memang bukan perkara mudah.

Di kawasan perkotaan tempat saya bekerja, masih banyak ditemukan sampah gelas kopi dan puntung rokok. Padahal mereka yang menyampah adalah para pekerja gedung tinggi Ibukota yang memiliki pendidikan minimal sarjana. Kapan lalu, saya menjumpai pengendara mobil yang membuang sekantong sampah ke aliran kali. 

Hal ini seolah membuktikan bahwa status sosial dan pendidikan tidak berpengaruh terhadap tingkat kepedulian terhadap sampah.

Sampah yang berserak di kawasan gedung tinggi Jakarta (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Sampah yang berserak di kawasan gedung tinggi Jakarta (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Lantas, apa yang harus kita lakukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun