Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Sedang belajar mengompos, yuk bareng!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gula Gula Awan

28 September 2021   16:00 Diperbarui: 28 September 2021   16:05 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: https://phinemo.com/

Deret atap rumah
menara tempat ibadah
pohon kecapi yang sering kau curi buahnya
tiang sutet
gedung pencakar kota
hanya serupa garis dan titik
dalam morse pramuka
yang lamat-lamat kabur
tertutup kabut

Di atas sini kau tidak
perlu mendongak
(yang sering membuat
lehermu pegal-pegal)
untuk melihat awan

Kini, gula-gula
serupa kapas
sehalus napas
itu berada di bawah
pandangmu
melayang tanpa mantra
adakadabra

Selintas pikiran untuk menidurkan
diri di sana
mungkin sekalian membangun rumah
kau tidak akan pusing lagi
dengan kuota internet
tagihan yang berentet
juga pompa air
yang sering macet

Karena di atas sini
yang khayali menjadi nyata
yang nyata menjadi maya
hingga kau lupa siapa
yang benar-benar menjadi apa

Jangan-jangan kehidupan di atas awan
yang sebenar-benarnya hidup
Dan kehidupanmu di bumi
hanya kilasan imaji
mimpi-mimpi tak selesai
baris syair yang ditinggal penyair
serupa kalimat tak jadi
seperti kasih tak sampai

O, bukankah kehidupan di dunia adalah
permainan dan senda gurau?

Namun adalah manusia
yang senang bersenang-senang
nyenyak dalam nyanyian
pengantar tidur
dan guling
dan bantal
dan selimut
yang empuk

Lupa jika di atas bumi
masih bergantung awan
yang berisi hujan
dan kepingan
kenangan
yang belum selesai

Pesawat berguncang
kilas turbulensi membuatmu
merapal zikir
berpikir
jika hidupmu imaji
kau memohon untuk menjalankannya
sekali lagi
kali ini, lebih benar

Kau berjanji untuk menjadi
pemasak yang jujur
tetangga yang rukun
kakak yang akur
tidak misuh-misuh
terlebih kepada pencari rusuh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun