Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Sedang belajar mengompos, yuk bareng!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gula Gula Awan

28 September 2021   16:00 Diperbarui: 28 September 2021   16:05 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adalah awan yang menjelma gula-gula
serupa kapas
sehalus napas

Tempat pelarian bagi riuh rendah jalanan
klakson motor di perempatan
derum truk kelebihan muatan
gemericik kaleng pengamen
bujuk rayu pengasong
pluit tukang parkir
suara hati orang yang enggan membayar parkir:
dasar jelangkung! 
datang tak menyetor hidung, pulang tangan menampung

Di tanah ini, napas bercampur
dihempas oleh kabut
dihirup oleh laut
dibuang si kenyang
dilahap si lapar

Orang-orang bertukar kata
bertukar rasa
bertukar nasib
nasib baik
nasib buruk
nasib tanpa huruf b yang dijaja bersama lauk pauk

Bumi yang padat
masih saja bertambah sepat
setiap hari manusia mengeluh
aduh!
hari ini karena
tersandung batu
selumbari karena lupa
mengunci pintu
lusa siang
karena kehabisan uang

Mungkin itu sebabnya para pemuka berseru:
bukankah awan tidak ada yang punya?
Lihat para burung itu!
Lihat para bangau!
Lihat para merpati!
Lihat para naga! 
(tidak, tidak ada naga di dunia ini)
Jika mereka bisa berkelana di atas awan, mengapa manusia tidak?

Sepanca windu kemudian
pesawat berterbangan
di atas kepalamu
membelah gula-gula
memelintir gendang telinga
hooi pesawat, turunkan uang!

Namun sekalipun tak pernah
kau kedapatan 
uang
mungkin karena ia hanya
benda besar yang
bisa melayang
seperti topi pesulap
dalam mantra adakadabra

Mungkin pesawat juga punya mantra 
begitu pikirmu
hanya saja lebih panjang
dirapal lebih khusyuk
oleh lebih banyak pesulap

Sewindu setelahnya kau sadar
bahwa kau tidak dapat melihat siapa
dan apa dari atas sini
semuanya begitu kecil
lebih lagi untuk melihat anak kecil

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun