Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Akuntan - Lifelong Learner

hidup sangatlah sederhana, yang hebat-hebat hanya tafsirannya | -Pramoedya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

"Sexy Killer", Film Romantisme Tambang dan Para Elite Politik

15 April 2019   23:20 Diperbarui: 16 April 2019   09:53 38195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sekolah dan lubang galian yang berdekatan, ilustrasi: youtube.com
sekolah dan lubang galian yang berdekatan, ilustrasi: youtube.com
Lantas siapa yang harus disalahkan di sini? Pemerintah? atau pemilik perusahaan? Kedua pihak tersebut tampak tak acuh pada kondisi yang menimpa warga.

Dari rekaman wawancara pada Gubernur Kalimantan Timur, terlihat bahwa beliau hanya mengatakan "nasib" dan "turut prihatin" pada anak-anak yang menjadi korban dari lubang galian tersebut. 

Padahal menurut peraturan Menteri Lingkungan Hidup jarak minimal lubang galian dengan pemukiman warga adalah 500 meter, namun dalam video tersebut kita bisa lihat bahwa jangankan 500 meter, 100 meter juga tidak sampai.

Setelah ditambang, batu bara dimasukkan ke dalam kapal tongkang untuk dikirimkan ke PLTU. Lagi-lagi pembangunan PLTU memakan banyak perselisihan. Para petani yang direbut sawahnya meski belum dibeli, nelayan yang ikannya hilang akibat tongkang batu bara yang melintasi lautan. 

Dan yang paling parah adalah asap pembakaran alias limbah B3 yang mengandung senyawa mematikan dan menimbulkan pencemaran tanah, tumbuhan bahkan udara sehingga membawa penyakit berbahaya bagi warga sekitar seperti batuk, sesak napas, asma, hingga kanker nasofaring (bagian atas tenggorokan).

Bahkan berdasarkan penelitian Green peace (2015), PLTU batu bara di Indonesia sudah menyebabkan kematian prematur 6500 jiwa setiap tahunnya.

Apakah masyarakat diam dan pasrah? Tentu saja tidak. Beragam aksi dan demonstrasi dilancarkan pada perusahaan dan PLTU yang telah mengecam keselamatan mereka. Namun hasilnya gugatan mereka lebih banyak ditolak di pengadilan, bahkan beberapa dari mereka berakhir di penjara.

hubungan tambang dan para elit politik, ilustrasi: www.youtube.com
hubungan tambang dan para elit politik, ilustrasi: www.youtube.com
Lebih jauh, "Sexy Killer" membawa kita pada siapa dalang yang berada dibalik aktivitas tersebut. Dari perusahaan PLTU, ada PT Adaro dengan beberapa nama terungkap seperti Sandiaga Uno (calon wakil presiden 02), Erwin Suryadjaya, Teddy Rachmat, Benny Subianto, dan Garibaldi Thohir (saudara kandung Erick Thohir, juru bicara TKN 01). 

Kemudian ada PT Rakabu Sejahtera, di mana Gibran Rakabumningraka (Putra ke-1 Presiden Joko Widodo) pernah menjadi pemegang saham dan komisaris, lalu digantikan Kaesang Pangarep (Putra ke-3 Presiden Joko Widodo).

PT Rakabu Sejahtera adalah perusahaan mebeul yang mempunyai berbagai aktivitas seperti kontruksi, pembebasan lahan, hingga pengembangan wilayah transmigrasi sehingga sering berhubungan dengan grup perusahaan tambang PT Toba Sejahtera yang dimiliki Luhut Panjaitan (Menteri Kemaritiman & timses Jokowi), dan 2 timses Jokowi yang menjadi komisaris yaitu Fachrul Razi dan Suaidi Marasabessy.

Nama-nama lain di tambang batu bara di antaranya adalah Oesman Sapta Oedang (penasihat TKN 01) di PT Total Orbit, Andi Syamsudin Arsyad (pernah menjadi bendahara TKN 01) di grup Johnlin, Hary Tanoesoedibjo (penasihat TKN 01, ketua umum Perindo) di MNC Energy & Natural Resources dan 9 anak perusahaan, Jusuf Kalla (Wakil Presiden, dewan pengarah TKN 01) di grup Kalla dalam 2 anak perusahaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun