Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Akuntan - Lifelong Learner

hidup sangatlah sederhana, yang hebat-hebat hanya tafsirannya | -Pramoedya

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Dongeng | Mencuri Waktu

13 Juni 2017   07:07 Diperbarui: 18 Juni 2017   13:07 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari rabu bernuansa hijau. Ketika kau meminumnya, kau akan merasa berada di tengah bukit dan pegunungan. Kau dapat mencium aroma apel dan gemerisik lembut dedaunan yang tertiup angin.

“Lou?”

Ia memelukku dan mulai menangis.

Aku membencimu, Lou! Aku membencimu yang selalu pandai bersahabat dengan siapapun. Aku membencimu yang selalu bisa membuat hati seseorang luluh. Aku membencimu, karena kau telah membuatku menyayangimu.

Sang waktu marah. Langit bergetar. Bumi menangis seharian. Kabar Lou yang telah mencuri sekotak persediaan hari rabu telah menyebar seantero negeri. Esoknya, Lou tak pernah menyapaku lagi.

Angin bercerita Lou telah diasingkan oleh sang waktu. Ia sekarang berada di planet merah, yang konon telah berkarat. Namun penampilannya berbeda: wajahnya tak lagi sebening embun, melainkan hijau! Matanya tak lagi bersinar biru, melainkan hijau, dan berjumlah tiga! 


Bumi masih menangis. Langit tetap kelabu. Esok, aku akan mencuri persediaan hari sang waktu.

In the train, 12 Juni 2017.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun