Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[HUT RTC] Si Pencari Hatinya

22 Maret 2016   18:08 Diperbarui: 27 Desember 2016   17:04 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="city of death| fantasyart0102.deviantart.com"][/caption]

Minggu keempat: terinspirasi film

Waktu bulan dimarahi Tuhan,
sebab lupa dimana meletakkan cahaya,
kota-kota berpeluk dingin dengan gulita,
jalan-jalan bertengkar dengan kehangatan

aku mencari-cari hatiku,
rasa-rasanya ia tertinggal di persimpangan ingatan,
mungkin jatuh dari kantung warasku,
ketika kalah bergulat dengan kegilaan perang,
di depan toko bunga bangkai, yang baunya tumbuh dari ketakutanmu yang membusuk

tiba di depan sebuah taman,
yang dipasang pemberitahuan: BILA MASIH DICUMBU PERANG, JANGAN MENDOA CINTA DI SINI!
ada bulan sedang meringkuk, tersedu-sedu,
menyembunyikan wajahnya yang lebih dingin dari kesendirian,

“Lan, kamu mendoa siapa?”

Bulan membuka wajahnya,
Menatapku wajahku yang layu,
Tiba-tiba saja, keluar cahaya di hatiku yang kerontang

“Aku mencari kamu, Cahaya.”

Mereka terus berciuman, berpelukan, bergandeng tangan,
membiarkanku kembali gulita
menelusuri jalan-jalan yang bertengkar dengan kenangan

Bruuk
“aduh, aduh, aduh.”
suara apa itu?

rupanya bulan dan cahaya jatuh di selokan,
keduanya kini lebih hitam dari air comberan
lebih busuk dari bangkai bunga,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun