Aku mencarimu,
pada sepi rumah bambu: satu-satunya tersisa dari tiada perang
dan masa depan yang kini remuk,
Di rumah itu,
kala senja memerah cakrawala,
burung gereja menggairahkan siluetnya,
kau setia menyulam rindu di baju hangatku,
menjahit doa pada lelah cangkul kerjaku
sedang aku melesap kasih dalam cangkir susumu,
mencium janji di kening tulus kesetianmu, dahulu.
Sebelum nurani bunuh diri di kepala presiden
dan negara hidup tanpa hati di dadanya.
Bersama jerit sepinya,
tersisa aku, tersedu-sedu mencarimu:
rinduku yang hancur
di amis biadab perang!
[2016]
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!