(1).
Bagaimana mencintai mandi,
sebagai kuil penyembuhan diri?
(2).
Setiap pagi, dia gemar sekali
berbagi kepada sampo, sepi
sabun, busa dan mandi.
Sudah sejak muda, ia berjanji
kepada pasang surut sendiri
agar setia mewartakan wangi.
Wangi bisa memeluk hari
terutama kepada hati
yang sedang bersedih.
"Seperti busa, kamu harus
mengikuti lekuk tubuh
sebelum segalanya berakhir
di bawah telapak kaki.
Demikianlah kesedihan dan
nasib buruk akan bersatu."
Orang tidak ambil peduli
kepada akhir busa di sepanjang mandi.
Mereka suka mengenang wangi
untuk mengobati luka-luka sepi.
(3)
Hidup adalah kelelahan ramai
di sepanjang stasiun kereta api
dari setiap bergegas kaki, ada pergi
yang cepat-cepat ingin kembali
Manusia hidup diburu-buru perih,
tak kuat menatap jejak sendiri,
tumbuh tumbang para pencari
sudah tak mengerti cara mencintai wangi.
Ketika dunia diremuk-remuk sakit hati
hanya dengan mencintai mandi,
ada kemewahan berbagi
kepada pergi, nasib dan sendiri
--Nusaloka, Mei'25