Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Cinta di Ranting Patah

28 Mei 2019   23:24 Diperbarui: 8 Juni 2019   18:49 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: Dok. Pribadi

kita bergantung dalam pokok patah
basah, resah dan berwarna jingga- terluka dan tanpa daya

sedang angin terlalu kering dan desaunya
membawa udara gersang yang menjerit-jerit di rongga dada
berpasrah menunggu nasib datang dari muka

hari itu, hari kemarin, dan hari yang entah
kita hanya bisa berusaha tabah
ingin berbicara tapi banyak suara
terlanjur menjadi kata di dalam mata

saling diam, saling membaca

sambil berjuang menerima
bahwa duka selalu tiba
di waktu yang sudah saatnya
semestinya tanpa boleh ditunda

bersatu menghangatkan jiwa
sembari mengikrarkan kita
menenangkan cinta sebelum berpisah
mengikhlaskan sebelum dimangsa

dari hidup berbahaya
pada ranting yang dipiara
pikiran-pikiran adu domba!

[Petai-Penghujung Ramadan, 2019]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun