kita bergantung dalam pokok patah
basah, resah dan berwarna jingga- terluka dan tanpa daya
sedang angin terlalu kering dan desaunya
membawa udara gersang yang menjerit-jerit di rongga dada
berpasrah menunggu nasib datang dari muka
hari itu, hari kemarin, dan hari yang entah
kita hanya bisa berusaha tabah
ingin berbicara tapi banyak suara
terlanjur menjadi kata di dalam mata
saling diam, saling membaca
sambil berjuang menerima
bahwa duka selalu tiba
di waktu yang sudah saatnya
semestinya tanpa boleh ditunda
bersatu menghangatkan jiwa
sembari mengikrarkan kita
menenangkan cinta sebelum berpisah
mengikhlaskan sebelum dimangsa
dari hidup berbahaya
pada ranting yang dipiara
pikiran-pikiran adu domba!
[Petai-Penghujung Ramadan, 2019]