Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Membaca Manusia dalam Sejarah pada "Menapak Koridor Tengah" Sarwono Kusumaatmadja

15 Agustus 2018   22:06 Diperbarui: 27 Mei 2023   11:22 1729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua penjelasan atas pertanyaan ini bisa kita anggap mewakili fase "Society in Man". Berikutnya, kita akan masuk pada fase "Man in Society". 

***

Selanjutnya, Ketiga, jejaring politik atau lingkungan pergaulan seperti apa yang memungkinkan sang tokoh berhasil naik lantas masuk ke dalam lingkaran pengambil keputusan penting dari sebuah orde politik.  Dalam konteks ini, kita akan melihat bagaimana masa-masa aktivisme di kampus yang juga merupakan jejak awal dari jalan politik yang kelak membawanya ke level "inti elit" nasional.

Selain kuliah di ITB di jurusan Teknik Sipil, Sarwono muda juga aktif pada Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB), organisasi mahasiswa lokal. PMB, berdiri 1948, adalah organisasi yang anggotanya berasal dari kampus papan atas, selain ITB, juga ada Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Universitas Katholik Parahyangan (Unpar).

Saat itu, katanya, suhu politik di kampus sedang hangat. Terpolarisasi antara yang pro-komunis dan yang antikomunis. PMB sendiri mengkader anggotnya dalam semangat anti-komunis. Pertanyaannya, bagaimana kaderisasi dilakukan dalam masa itu?

Ada keterangan yang penting terkait ini. Saya kutipkan agak panjang,

..di PMB, para mahasiswa senior mencari mahasiswa pemula yang berpotensi menjadi andalan. Itu dilakukan dengan melalui wawancara dan penugasan dengan cara-cara aneh guna memancing sikap-sikap dasar dan kreativitas. Misalnya saya disuruh mencari dua ekor kutu busuk yang perintahnya diberikan pada tengah malam dan kedua makhluk itu harus dihadirkan waktu apel pagi pukul 05.00. keesokan harinya saya ditanya mana di antara kutu busuk itu yang jantan dan mana yang betina. (hal 72)

Sesudah membaca kesaksian ini, saya terus ingat pada sebuah pertemuan di tahun 2000an awal, di Jakarta. Saat itu, kami dari beberapa daerah kumpul-kumpul untuk mendiskusikan rancangan kaderisasi yang lebih up to date-niatnya begitu sih.  

Dalam kumpul-kumpul ini, seorang narasumber juga menceritakan model rekrutmen yang dilakukan melalui wawancara dan penugasan bertingkat. 

Pada titik tertentu, ketika situasi genting-bayangkan saja dalam suasana sedang mendorong perubahan-maka sistem yang seperti ini akan bermutasi menjadi unit bertahan yang saling menutup diri dan menjaga rahasia, khususnya dalam mengamankan posisi kepemimpinan tertinggi organisasi.

Narasumber itu bernama Soeripto. Ternyata nama ini saya temukan dalam buku Menapak Koridor Tengah sebagai sosok yang sama ngetopnya dengan Rahman Tolleng di dunia aktivisme mahasiswa saat itu. Pendapat keduanya sering dikutip kala itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun