Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Musik Pengantar Minum Racun dan "Post-Truth Era"

1 Oktober 2017   11:21 Diperbarui: 2 Oktober 2017   07:16 4116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Personil PMR dan Kunto Aji, direncanakan mereka akan tampil pada perhetalan Kompasianival 2017 | Ilustrasi: OM_PMR

Pada 29 Oktober 2016, Orkes Moral Pengantar Minum Racun (PMR) manggung di acara Synchronize Fest, Jakarta. Pada acara musik dengan konsep memanggungkan beberapa genre musik dalam satu pentas ini, PMR dikabarkan berhasil menghibur pengunjung yang hadir. Atau dalam bahasa saya, grup orkes yang mulai kembali aktif sejak 2014, sukses mengisi kerinduan akan kehadiran komedi-parodi pada musik Indonesia. Bukan saja melantunkan ulang lagu lama seperti Judul-judulan, grup orkes yang berjaya tahun 80an juga mendendangkan "hasil dekonstruksi" mereka atas lagu-lagu kekinian .

Sebelumnya, di bulan April 2016, grup orkes yang berdiri 1977 ini juga dikabarkan sukses menghibur pengunjung di Camden Cikini, Jakarta Pusat. Dari laman berita jawapos.com, dilukiskan: 

Bukan OM PMR namanya kalau tidak heboh luar biasa. Lokasi bar yang tidak terlalu luas membuat penonton harus berdesakan. Bahkan saat grup yang berdiri tahun 1977 itu mengambil alih panggung, ratusan penonton pun mulai memadati area depan. Persis di depan vokalis Jhonny Iskandar. "Waduh kok rame banget orang di sini," kata Jhonny Iskandar menyapa pengunjung. 

Terhadap kelahiran kembali mereka, saya sendiri dibuat terkejut sesudah melihat video di laman Youtube. Video itu dipublis pada akun Sounds From the Corner. Di video tersebut, PMR menyanyikan lagu-lagu lama mereka. Para pengunjung yang terlihat bertato tampil di barisan dengan berjoget, ikut bernyanyi, dan seolah mengalami "ekstase" bersama. Silahkan resapi "ekstase bersama" itu dalam video di bawah ini.

   

Musik Pengantar Minum Racun dan "Kebutuhan Kekinian"

Orkes Moral Pengantar Minum Racun (PMR) pada mulanya adalah sesuatu yang remang-remang dalam ingatan. Saya hanya ingat pernah mendengar lagu-lagu mereka dari sebuah radio tape sekitar awal 90-an di sebuah pemukiman yang dihuni oleh para pedagang kecil, semisal pedagang bakso dan nasi goreng. Ini terjadi di kota kecil Serui, Papua. Saya masih terlalu kecil untuk mengerti dahsyatnya kualitas musikal grup yang kini di usia menuju senja sedang mengerjakan album ke-15 yang akan dirilis Februari mendatang.

Dalam sedikit arsip ingatan yang tersisa, figur Jhonny Madu Mati Kutu lebih menonjol karena suara melengkingnya kala meneriakan Aku bukan Pengemis Cintaa. Wajah bundar dengan kacamata berantainya lebih sering muncul di acara Album Minggu Kita atau Kafetaria-nya TVRI. Saya praktis tidak familiar dengan ada nama-nama sakti seperti Boedi Padukone (gitar), Yuri Mahippal (mandolin + cuk), Imma Maranaan (bass), Ajie Cetti Bahadur Syah (perkusi), Harri "Muke Kapur" (mini drum). Hingga akhirnya, oleh keunggulan digitalisme dengan fasilitas Youtube dan laman berita, saya menemukan lagi "jenis musik yang seharusnya dipelihara sepanjang zaman".

Saya akan mengambil dua lagu mereka untuk menunjukan sebuah dugaan. Dugaan bahwa grup orkes ini memiliki teknik dekonstruksi sebagai kekuatan utama. Dekonstruksi yang saya maksudkan adalah kemampuan membolak-balik pesan dan nuansa dalam lagu sehingga penggabungan kritik dan humor berlangsung mulus. Selain juga, rasa-rasanya personel PMR adalah memiliki sensitifitas yang cukup tajam ketika merekam hidup sehari-hari. Sensitifitas yang membuat keseharian adalah bahan baku bagi lirik dan pesan yang tak ada habisnya.

Yang pertama, lagu dari masa lalu yang merupakan buah parodi dari lagu yang totally sendu. Lagu berjudul asal Antara Benci dan Rindu yang dinyanyikan Ratih Purwasih. Lirik aslinya seperti ini:

Yang...Hujan turun lagi dibawah payung hitam ku berlindung.
Yang...ingatkah kau padaku di jalan ini dulu kita berdua basah tubuh ini, basah rambut ini kau hapus dengan sapu tanganmu.
Yang...rindukah kau padaku tak inginkah kau duduk disampingku kita bercerita tentang laut biru di sana harapan dan impian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun