Sejarah dan Kearifan Lokal
Praktik repong damar sudah berlangsung lebih dari satu abad. FAO (2000) mencatat, masyarakat adat di Pesisir Barat, khususnya kelompok Sai Batin, mengembangkan repong sebagai jawaban atas kebutuhan ekonomi sekaligus menjaga tutupan lahan.Â
Alih-alih membuka lahan dengan menebang hutan, mereka menanam damar dan jenis tanaman lain yang memberikan hasil sambil mempertahankan fungsi ekologis.
Aturan adat mengatur kepemilikan, pengelolaan, dan pembagian hasil. CIFOR menyebut hukum tidak tertulis inilah yang menjadi penopang keberlanjutan repong hingga generasi kini.
Lokasi dan Jangkauan
Repong banyak ditemui di Kabupaten Pesisir Barat, khususnya di distrik/distrik yang kerap disebut sebagai pusat repong: Pesisir Tengah, Karya Penggawa, Ngambur, dan Bengkunat.Â
Jaringan repong membentang dari bukit-bukit di belakang pantai sampai ke hulu, membentuk sabuk hijau yang menahan abrasi dan erosi.
Desa Pahmungan, Wisata Edukasi Damar
Salah satu pusat repong berada di Desa Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah. Desa ini dikenal sebagai penghasil damar mata kucing. Sejak 2019, kebun damar di desa ini dibuka untuk wisata edukasi: pengunjung bisa berjalan kaki menuju kebun, menyaksikan pohon damar berusia puluhan hingga seratus tahun, bahkan ikut praktik menyadap damar bersama petani.
Menurut Jadesta Kemenparekraf (2023), Desa Pahmungan kini berstatus desa wisata rintisan, dengan potensi besar untuk dikembangkan.
Lebih dari sekadar komoditas, damar bagi masyarakat Pahmungan adalah warisan budaya yang bisa menjadi daya tarik wisata berkelanjutan."