Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Etika Berdemo yang Tidak Diajarkan di Sekolah

6 September 2025   10:08 Diperbarui: 5 September 2025   23:24 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita tahu bahwa dalam beberapa waktu terakhir, demonstrasi besar di Jakarta, Makassar, Solo, dan Yogyakarta (25-31 Agustus 2025) menewaskan setidaknya 7 orang. Data Katadata juga menyebut Polri mengamankan 3.195 orang terkait aksi tersebut. 

Tragedi ini mencerminkan bagaimana ketidaktertiban bisa berujung kehilangan nyawa, sekaligus melemahkan esensi aspirasi yang ingin diperjuangkan. Oleh karena itu, kesadaran akan pentingnya etika dalam setiap aksi bersama menjadi mutlak. Etika bukan hanya soal aturan tertulis, melainkan juga sikap saling menghormati dan menjaga keselamatan bersama.

Etika kepada Sesama Peserta

Etika pertama adalah kepada sesama peserta aksi. Tidak semua orang yang ikut demo memahami risiko penuh. Ada mahasiswa baru, ada pelajar yang sekadar ikut-ikutan, bahkan ada masyarakat awam yang penasaran.

Dalam demonstrasi di depan DPR RI pada 25 Agustus 2025, misalnya, 351 orang ditangkap, termasuk 196 anak di bawah umur (data Tirto.id). Fakta ini menjadi pengingat bahwa etika menjaga sesama peserta sangat penting: jangan menyeret orang yang belum siap, jangan memprovokasi teman melakukan tindakan di luar kesepakatan.

Demo seharusnya ruang solidaritas, bukan ajang adu keberanian. Menjaga agar sesama peserta tetap aman, saling mengingatkan untuk tidak terseret emosi, adalah bagian dari etika yang menentukan arah aksi.

Setiap peserta aksi harus menempatkan sesama sebagai rekan seperjuangan, bukan pesaing atau bahkan penghalang. Etika kepada sesama peserta diwujudkan dalam beberapa hal:

  1. Mengutamakan keselamatan bersama - menghindari tindakan yang bisa memicu kericuhan atau melukai orang lain.

  2. Saling menghormati perbedaan - menyadari bahwa setiap orang membawa perspektif, emosi, dan cara berpikir yang beragam, namun tujuan utamanya tetap sama.

  3. Menjaga komunikasi positif - menggunakan kata-kata yang membangun, bukan provokatif, agar semangat aksi tetap terkendali.

  4. Solidaritas nyata - membantu rekan peserta yang kelelahan, terdesak, atau mengalami kesulitan selama aksi berlangsung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun