Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Pasar Jati Mulyo: Dari Tempel Sederhana Menjadi Simpul Kehidupan 24 Jam

23 Agustus 2025   16:56 Diperbarui: 24 Agustus 2025   10:24 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa dan budaya pun bercampur di sini: ada logat Jawa halus, suara lantang khas Lampung, gurauan dengan nada Sunda. Semua lebur jadi satu. Pasar ini adalah miniatur pertemuan budaya, tempat orang dari latar berbeda merasa setara sebagai pembeli dan penjual yang saling membutuhkan.

Aneka sayuran segar dan buah-buahan dijual dengan harga lebih murah membuat pasar ini selalu hidup. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari) 
Aneka sayuran segar dan buah-buahan dijual dengan harga lebih murah membuat pasar ini selalu hidup. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari) 
Pasar 24 Jam

Uniknya, Jati Mulyo hidup nyaris 24 jam. Dini hari, sekitar pukul 02.00 - 04.00, mobil pick-up penuh sayuran masuk ke pasar. Pedagang sibuk bongkar muatan, transaksi grosir berlangsung cepat. Saat matahari naik, giliran ibu-ibu rumah tangga dan pedagang kecil yang ramai berbelanja.

Siang hingga sore, pasar tetap hidup dengan lapak pakaian murah, sandal, alat rumah tangga, dan jajanan anak. Malam hari, kehidupan bergeser ke kuliner: bakso, sate, gorengan, dan kopi panas menemani obrolan santai pembeli. Dari subuh hingga larut malam, denyut itu tidak pernah benar-benar padam.

Sisi Lain: Kemacetan & Sampah

Namun, Jati Mulyo juga menyimpan wajah lain. Karena lapak menjorok ke jalan, kemacetan kerap terjadi. Kendaraan harus melambat, kadang tersendat lama. Uniknya, pasar ini berada di dua sisi jalan yaitu kanan dan kiri sehingga seluruh ruas jalan dipenuhi aktivitas jual beli. Ramai, tetapi sekaligus menantang.

Sampah pun jadi masalah klasik: sisa sayur, plastik, hingga kertas menumpuk di sudut-sudut, menyisakan pekerjaan tambahan bagi petugas kebersihan. Inilah dilema pasar tradisional: vital untuk ekonomi rakyat, tetapi juga menghadirkan tantangan dalam hal tata kelola.

Pasar Tradisional vs Modern: Dilema Revitalisasi

Bagi banyak orang, pasar modern menawarkan kenyamanan: parkir luas, pendingin ruangan, kebersihan terjaga. Tetapi ada sesuatu yang hilang - kehangatan manusiawi. Tawar-menawar berganti dengan harga pas di etalase, sapaan akrab berganti dengan senyum formal.

Jadi, meski digitalisasi merambah, pasar tradisional tetap jadi ruang utama untuk kebutuhan pokok, karena hanya di sanalah orang bisa bertemu langsung dengan penjual, menyentuh barang, merasakan kesegaran, sekaligus membangun relasi.

Menjaga Kehidupan, Bukan Hanya Bangunan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun