Tapi responnya sungguh di luar dugaan. Suara itu kembali terdengar, kali ini disertai umpatan kasar: "Bodo amat… bab* kamu… anj*ng kamu…" Mentang-mentang kaya, seolah seluruh jalan miliknya pikirku. Saya terdiam, mencoba menenangkan diri sambil berpikir: “Ini ujian. Ambil napas, sabar sebentar.” Sungguh, ini pengalaman terburuk di jalan raya yang pernah saya alami.
Detik-detik itu mengingatkan saya bahwa jalan raya, sama seperti transportasi umum, adalah ruang publik. Tidak ada yang punya hak mutlak untuk menuntut orang lain bergerak sesuai ego pribadinya. Setiap orang berhak sampai tujuan dengan aman, tanpa harus menjadi korban kemarahan orang lain.
Lampu merah adalah jeda yang bisa kita manfaatkan untuk introspeksi. Kita bisa:
- Menarik napas dalam-dalam.
- Melihat sekitar dan menyadari bahwa semua orang di jalan punya cerita dan urusan masing-masing.
- Mengingat bahwa beberapa detik sabar lebih baik daripada kecelakaan atau pertengkaran yang tak perlu.
Sambil menunggu lampu hijau, saya melihat seorang ibu menenangkan anaknya yang rewel di motor sebelah, seorang mahasiswa sibuk dengan ponselnya yang mungkin sedang membuka bahan kuliah, dan di dalam mobil seorang pria menutup matanya sebentar, mungkin hanya untuk mengembalikan energi setelah seharian bekerja.
Di saat seperti ini, kita punya pilihan. Kita bisa menegur dengan santun pengendara yang lalai, memberi kode halus ala sandi Morse, atau cukup menahan diri sambil berkata dalam hati: “Ini ujian. Ambil napas, sabar sebentar.” Pilihan itu sederhana, tapi seringkali menentukan apakah perjalanan kita akan dipenuhi stres atau ketenangan.
Tips Menjaga Etika dan Emosi di Ruang Publik Jalan Raya
Jalan raya adalah ruang publik yang kita gunakan bersama. Karena itu, sudah sepatutnya setiap orang menjaga sikap, etika, dan emosi agar tercipta suasana yang aman, nyaman, dan saling menghargai. Berikut beberapa tips sederhana yang bisa diterapkan.
Ingat tujuan utama
Semua orang di jalan ingin sampai di tujuan dengan selamat, bukan sekadar cepat. Menyadari ini bisa meredam rasa jengkel ketika ada pengendara yang tiba-tiba menyalip atau kendaraan di depan agak lambat.Hargai ruang orang lain
Jarak aman berkendara atau kursi di transportasi umum bukan untuk direbut. Memberi ruang adalah tanda menghargai hak orang lain, sekaligus menjaga keselamatan diri sendiri.Jangan bawa masalah pribadi ke jalan
Kita sering membawa stres dari kantor atau rumah. Cobalah redakan dulu sebelum mengemudi atau naik transportasi umum. Beberapa detik menenangkan diri bisa mencegah kemarahan meledak di jalan.Gunakan isyarat dan tanda
Lampu sein, klakson seperlunya, atau kode sopan bisa jadi cara komunikasi yang aman. Dengan begitu, kita tetap memberi sinyal tanpa membuat situasi menjadi agresif atau menegangkan.-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!