Pertanyaannya sekarang: apa yang bisa dilakukan sekolah dengan segala keterbatasan yang ada?
Merenovasi perpustakaan mungkin terdengar mahal dan rumit, tapi menghidupkan fungsinya tidak harus selalu dimulai dari anggaran besar. Yang paling penting adalah kemauan berubah dan keberanian untuk memulai.
Menurut saya, berikut langkah-langkah konkret yang bisa dilakukan sekolah secara bertahap:
1. Niat dan Visi yang Jelas dari Kepala Sekolah
Transformasi perpustakaan dimulai dari pimpinan yang memiliki visi ke depan. Kepala sekolah perlu melihat perpustakaan bukan sekadar ruangan wajib, tapi sebagai pusat strategi pembelajaran. Tanpa dukungan penuh dari atas, perubahan tidak akan bergerak.
2. Kolaborasi Tim: Libatkan Guru, Siswa, dan Pustakawan
Perubahan yang melibatkan semua pihak jauh lebih kuat. Guru bisa ikut mengkurasi buku sesuai kebutuhan pembelajaran. Siswa bisa diajak mendesain zona favorit mereka. Pustakawan bisa mengusulkan sistem digital, membuat konten promosi buku, atau mengelola akun Instagram perpustakaan.
Bahkan, bisa dibentuk “Tim Sahabat Perpustakaan” yang terdiri dari perwakilan siswa pecinta literasi dan guru kreatif untuk menginisiasi kegiatan-kegiatan baru.
3. Penataan Ulang Ruang dengan Kreatif, Bukan Mahal
Terkadang, perubahan besar bisa dimulai dengan mengubah suasana ruang: mengganti poster lama dengan kutipan inspiratif, memberi warna baru pada rak, menambahkan beanbag atau meja diskusi murah, dan memutar musik instrumental lembut saat istirahat.
Sekolah bisa memanfaatkan barang bekas, kerja sama dengan alumni, atau bahkan lomba desain ruang oleh siswa. Prinsipnya: bukan soal mahal, tapi soal ramah dan nyaman.
4. Digitalisasi Bertahap