Kalian harus bisa mengatur waktu sendiri, merancang strategi belajarmu sendiri, dan memastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Jika kalian tipe yang butuh dorongan eksternal, UT mungkin akan terasa berat. Tapi kalau kalian seseorang yang mandiri, tangguh, dan punya motivasi internal kuat, UT adalah tempat yang sempurna.
Di sinilah saya merasa tertantang sekaligus termotivasi. Tidak ada lagi alasan "tidak sempat", "terlalu sibuk", atau "sudah tua". UT menerima siapa saja yang masih ingin belajar, tanpa mempersoalkan dari mana kalian berasal, berapa umurmu, atau apakah kalian lulusan SMA belasan tahun lalu.
Mimpi yang Tak Pernah Terlambat
Akhirnya, setelah diskusi, klarifikasi, dan verifikasi dokumen RPL-ku, saya menyadari satu hal: tidak ada mimpi yang benar-benar kadaluwarsa. Kadang, kita hanya butuh pintu yang sesuai. Dan hari ini, pintu itu bernama Universitas Terbuka.
Saya pulang dari kampus bukan dengan map berisi brosur, tapi dengan semangat yang menyala. Saya tahu, perjalanan kuliah ini mungkin tak semudah dulu saat masih muda. Tapi sekarang, saya punya tujuan yang lebih jelas, motivasi yang lebih kuat, dan pengalaman hidup yang bisa jadi modal belajar yang sangat berharga.
Penutup: UT, Kampus yang Nyentrik Tapi Relevan
UT mungkin bukan kampus yang sering masuk berita utama. Mungkin juga tidak ada banyak postingan Instagram tentangnya. Tapi justru di balik kesederhanaannya, ada filosofi yang kuat: pendidikan harus menjangkau siapa saja, di mana saja, dan kapan saja.
Mereka tidak menjanjikan kampus megah atau kehidupan sosial yang glamor. Tapi mereka menawarkan satu hal yang lebih penting: akses dan kesempatan.
Dan hari ini, saya adalah bagian dari kesempatan itu, karena belajar adalah sepanjang hayat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI