Depot Jamu Cak Titus Sutiono, Rasa Tradisi yang Tak Pernah Mati
Di sudut kota Bandar Lampung, berdiri sebuah tempat yang tak hanya menjual jamu-tapi juga menyajikan kehangatan, harapan, dan kekuatan budaya yang masih hidup hingga hari ini: Depot Jamu Cak Titus Sutiono. Tak banyak yang tahu bahwa di tengah modernisasi dan hiruk-pikuk kota, warisan tradisional seperti ini masih menjadi pelabuhan kesehatan bagi banyak orang.
Hari ini, saya kembali memesan jamu di depot itu, untuk keempat kalinya. Rasanya tubuh saya “bertemu rumah” setiap kali menyesap racikan rempah-rempah yang khas. Kali ini saya membeli jamu pegal linu-salah satu varian favorit yang terasa manfaatnya untuk tubuh yang penat dan kelelahan.
Yang membuat saya semakin terkesan, harga jamu di sini sangat merakyat. Berkisar antara Rp15.000 hingga Rp25.000 saja. Dan bukan hanya segelas jamu yang saya dapatkan, tapi juga satu kapsul herbal, segelas kecil air putih, dan segelas kecil sirup hangat yang menyegarkan tenggorokan setelah meneguk jamu. Lengkap dan terasa seperti dilayani dengan cinta.
Menariknya lagi, dari daftar menu jamu yang tersedia di Depot Jamu Cak Titus Sutiono, ada tidak kurang dari 51 jenis racikan jamu. Mulai dari jamu pegal linu, kolesterol, sawan, wasir, hingga ramuan khusus untuk ibu hamil tua, dan juga jamu untuk kekuatan pria. Daftarnya begitu lengkap, seolah menjadi paket pengobatan tradisional komplit yang siap melayani berbagai keluhan kesehatan.
Tak heran jika depot ini menjadi rujukan utama para pecinta jamu, bahkan bagi mereka yang datang dari luar kota. Di tengah makin langkanya warung jamu otentik seperti ini, Depot Jamu Cak Titus Sutiono berdiri teguh - melayani, menyembuhkan, dan memelihara warisan budaya.
Tapi bukan hanya rasa yang menyembuhkan. Percakapan singkat dengan seorang bapak separuh baya di samping saya hari ini membuat saya benar-benar terdiam dan merenung. Sambil menunjuk daftar menu jamu yang saya pegang, beliau berkata mantap:
“Ini sudah kayak resep dokter, Mas. Segala penyakit sembuh. Saya sudah membuktikan. Saya tukang, alergi sama semen. Tapi beberapa kali minum jamu di sini, alhamdulillah sembuh. Makanya saya jauh-jauh tetap ke sini.”
Pernyataan itu bukan sekadar testimoni, tapi juga ekspresi kepercayaan yang tumbuh dari pengalaman langsung. Di dunia yang semakin bergantung pada farmasi kimia, masih ada tempat bagi racikan alami yang diwariskan turun-temurun.
Bukan Hanya untuk Pria, Tapi Semua Kalangan