Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Fenomena Nyata: Siswa Tak Bisa Membaca di Negeri Literasi

28 Juni 2025   11:51 Diperbarui: 28 Juni 2025   11:51 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Guru Mengajari Siswa Membaca. Sumber: Digambar dengan AI

Fenomena Nyata: Siswa Tak Bisa Membaca di Negeri Literasi 

Oleh: Tupari

Realita yang Menyentak Nurani

Ku pikir dia hanya bercanda, ketika seorang teman guru bercerita ada siswanya yang tidak membaca. Tidak hanya 1-2 orang, namun lebih. Ini paradoks dengan hasil survei Kemdikbud Survei Kemendikbud 2025 melaporkan 65% anak usia sekolah membaca setidaknya 1 buku non-pelajaran per bulan, dan 45% sekolah telah menerapkan baca 15 menit setiap pagi. Dari sini terlihat, masalahnya adalah "membaca tanpa memahami"-siswa masih belum bisa menginterpretasi atau menerapkan isi bacaan.

Bayangkan seorang siswa kelas 5 SD yang masih terbata-bata membaca kalimat sederhana. Atau pelajar SMP yang mampu membaca tulisan, tapi tak memahami artinya. Ini bukan cerita fiksi. Ini nyata. Di balik slogan "Merdeka Belajar", masih banyak anak-anak Indonesia yang tak benar-benar melek huruf -padahal mereka duduk di bangku sekolah formal.

Definisi Membaca 

Kita dapat memahami definisi membaca dalam dua hal, membaca dalam arti sebenarnya (membaca fungsional) dan membaca dalam arti bisa membaca tapi tidak memahami makna. (Illiterate Functionally).

Dalam arti sebenarnya (membaca fungsional) membaca bukan sekadar mengeja atau melafalkan huruf-huruf. Dalam konteks ini, membaca adalah kemampuan untuk memahami, menginterpretasi, dan menggunakan informasi dari teks secara bermakna.

Ciri-ciri membaca yang sesungguhnya:

  • Mengenali kata dan kalimat secara tepat
  • Memahami isi teks (gagasan utama, tujuan penulis)
  • Menghubungkan informasi dalam teks dengan pengalaman pribadi atau pengetahuan lain
  • Mengambil kesimpulan atau sikap dari teks
  • Mampu menggunakan informasi teks untuk membuat keputusan

Contoh: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun