Basreng itu Gurih dalam kekacauan: Saat kamu buka bungkus basreng, isinya tidak beraturan. Tapi justru dari kekacauan itulah muncul kombinasi rasa yang asik.
Filosofinya, kadang hidup tak perlu terlalu rapi untuk bisa dinikmati. Harus disadari bahwa hidup tidak semulus jalan tol. Sama seperti saat bertugas memverifikasi berkas SPMB. Ada suka - dukanya.
Basreng itu inklusif: ia tidak memilih siapa yang menyukainya. Semua kalangan bisa menikmatinya- dari pelajar, ojol, artis TikTok, selebgram, guru, hingga dosen sekalipun.
Filosofinya adalah Basreng mengajarkan kita bahwa kelezatan tak mengenal kasta, melampaui batas imajinasi, dan dinding pemisah. Begitu juga kehidupan selalu ada ruang antara disukai dan tidak disukai. Abaikan saja, dan tetap lah baik pada semua orang.
“Basreng itu kayak hidup, kadang bikin pedas, kadang bikin senyum. Tapi tetap dicari orang.”
- Sela, Operator 4 SPMB
Keseruan yang Tak Pernah Mati
Kini basreng hadir dalam kemasan estetik, dijual di marketplace, bahkan di-export. Anak muda menjadikannya ladang cuan, para ibu menjadikannya pengganjal lapar, dan remaja menjadikannya simbol gaya hidup snackable.
Beberapa komunitas bahkan mengadakan "Tantangan Basreng Super Pedas" di TikTok, menguji seberapa kuat lidah menahan level pedas.
Akhir Kata: Saatnya Menemukan “Renyahmu” Sendiri
Basreng memang hanya camilan. Tapi dari camilan itu kita bisa belajar hal penting: tidak perlu mahal untuk menyenangkan hati; tidak harus sempurna untuk disukai banyak orang tapi tetap jadilah dirimu sendiri yang rendah hati.
Kalau hidup sedang hambar, mungkin yang kamu butuhkan bukan motivasi. Tapi... sekantong basreng.
Kalau kamu lagi lembur dan hidup terasa getir, mungkin yang kamu butuhkan bukan curhatan panjang lebar dari teman yang toxic- tapi sekantong basreng yang renyah dan pedasnya jujur. Setuju nggak??
Referensi: