Data Menunjukkan: Basreng Bukan Cuma Tren
Berdasarkan data pencarian di Google Trends Indonesia, ternyata popularitas kata “basreng” meningkat pesat sejak 2020, seiring maraknya UMKM makanan ringan di masa pandemi. Bahkan, menurut survei kecil yang dilakukan oleh Litbang Kuliner Nusantara:
76% responden milenial menyebut basreng sebagai camilan favorit saat bekerja dan belajar
-
58% menyukai basreng karena harga terjangkau dan sensasi pedasnya
41% menganggap basreng cocok dijual kembali karena margin untungnya tinggi
Dari data ini kita melihat bahwa basreng bukan hanya disukai, tapi juga dilihat sebagai peluang usaha yang menjanjikan. Peluang entrepreneur yang perlu disambut baik. Data lain menunjukkan bahwa:
Data dari e‑commerce menunjukkan bahwa penjualan basreng meningkat hingga dua kali lipat sejak 2022, terutama di platform seperti Shopee, Tokopedia, dan Instagram.
Fakta lain yang mengejutkan bahwa di awal 2025, UMKM basreng di Jawa Barat berhasil menembus pasar ekspor ke Malaysia. Salah satu pelaku usaha lokal, Ratna, mengaku telah mengekspor sekitar 80 bungkus basreng melalui program pendampingan pemerintah. Basreng sudah mulai mendunia. Keren kan..
Filosofi Tak Terduga: Hidup adalah Basreng
Nah ini yang menarik, secara filosofis basreng memiliki nilai-nilai kehidupan yang menarik untuk diulik. Mari kita lihat basreng dari sisi yang lebih filosofis ini.
Basreng- Dari bakso jadi basreng: proses menjadi basreng bukan tanpa penderitaan. Prosesnya juga cukup rumit. Bakso harus diiris, dijemur, digoreng dalam panas minyak, lalu dibumbui pedas. Dan dari situlah muncul kelezatan.
Filosofinya, sama seperti kehidupan yang demikian. Banyak tantangan dalam kehidupan yang harus dihadapi. Namun, tantangan ini membentuk kelezatan karakter yang pada akhirnya memunculkan ending yang indah.-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!