Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Sosial yang Tak Tergantikan Wedding Organizier: Panitia Pernikahan

14 Juni 2025   10:39 Diperbarui: 26 Juni 2025   14:55 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Pesta Pernikahan (Sumber: Dokumen Pribadi)

Tradisi Sosial yang Tak Tergantikan Wedding Organizier: Panitia Pernikahan

Di sebuah desa, suara tawa dan denting sendok dari dapur bergema lebih keras daripada dentuman musik pesta. Ibu-ibu dengan cekatan menyiapkan bahan masakan, para bapak sibuk menyusun kursi, anak-anak remaja sibuk mendekorasi panggung pelaminan. Semua itu terjadi jauh sebelum pesta dimulai. Mereka bukan vendor profesional, bukan wedding organizer mahal- mereka adalah panitia pernikahan, sukarelawan dari lingkungan sendiri.

Di banyak daerah di Indonesia, orang yang memiliki hajat untuk menikahkan anaknya, membentuk panitia pernikahan adalah hal yang wajar dan bahkan dianggap harus. Praktik ini bukan hanya bertujuan untuk menghemat biaya, tapi juga menyimpan nilai-nilai sosial dan budaya yang sangat dalam. Dalam struktur masyarakat yang masih menjunjung tinggi kekeluargaan dan gotong royong, panitia pernikahan adalah perpanjangan dari tradisi yang menjaga harmoni dan mempererat relasi sosial. 

Gotong Royong dalam Bingkai Perayaan

Membentuk panitia berarti melibatkan tetangga, saudara, bahkan teman-teman jauh untuk ikut serta menyukseskan sebuah momen sakral. Bukan hanya efisiensi kerja, tapi ada nilai partisipasi sosial di dalamnya. Mereka yang terlibat merasa menjadi bagian dari cerita hidup yang dibangun. Dalam budaya kita, membantu pernikahan orang lain bukan beban, melainkan kehormatan dan kebanggaan. 

Menjaga Jalinan Sosial dan Persaudaraan

Seringkali, dalam panitia pernikahan, kita bertemu kembali dengan sahabat lama, tetangga yang jarang berinteraksi, bahkan kerabat jauh, atau bahkan mendapatkan teman baru.. Di situlah jalinan sosial yang sempat renggang kembali terikat. Menyusun kembali rasa bahagia sebagaimana tuan rumah bahagia dengan terlaksananya pesta yang direncanakan. Panitia bukan hanya menyusun tugas dan logistik, tetapi membentuk ruang interaksi sosial yang hangat dan bersahabat.

Validasi Sosial: Tanda Kehormatan dan Kepercayaan

Dalam masyarakat tradisional, menjadi bagian dari panitia adalah bentuk validasi sosial. Orang yang dipercaya memegang posisi penting- seperti menjadi Ketua Panitia, koordinator konsumsi, koordinator tamu, atau koordinator lainnya- biasanya adalah orang yang dikenal jujur, rajin, dan punya pengaruh positif. Dengan kata lain, struktur panitia juga mencerminkan hierarki dan penghargaan sosial dalam masyarakat.

Ekonomi Gotong Royong vs Komersialisasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun