Belakangan ini, percakapan tentang nasib guru kembali memanas. Semua bermula dari isu yang menyebut Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengatakan bahwa guru adalah beban negara.
Meski akhirnya dinyatakan hanyalah hoaks, yaitu hasil potongan video pidato yang dimanipulasi, namun isu tersebut menyisakan pertanyaan mendasar: mungkinkah benar ada guru yang justru menjadi beban?
Secara hakikat, guru bukanlah beban, melainkan investasi paling berharga yang dimiliki sebuah bangsa. Dari tangan guru, anggaran negara berubah menjadi sumber daya manusia yang cerdas, berkarakter, dan berdaya saing. Guru adalah jantung pendidikan.
Namun, harus jujur diakui bahwa tidak semua guru menjalankan peran mulianya dengan sungguh-sungguh. Ada sebagian kecil yang justru membuat pendidikan stagnan, dan bahkan melukai kepercayaan terhadap profesinya sendiri.
Berikut adalah 10 ciri guru, yang jika dibiarkan tanpa perbaikan, bukan hanya merugikan siswa, tetapi juga berpotensi menjadi beban bagi negara dan masa depan bangsa.
1. Kurang Kompeten dan Tidak Inovatif
Guru yang berhenti belajar, sesungguhnya berhenti menjadi guru. Pendidikan bukan ruang statis; ilmu terus berkembang, keterampilan terus berubah, dan dunia menuntut kemampuan baru.
Guru yang puas dengan pengetahuan lama, menolak membaca, apalagi enggan memanfaatkan teknologi, akan membuat siswanya terjebak di masa lalu.
Contoh:Â Guru yang hanya mengandalkan ceramah dan hafalan, padahal dunia kerja kini menuntut kreativitas, kolaborasi, dan pemecahan masalah.
2. Tidak Berdedikasi dan Kurang Bertanggung Jawab
Profesi guru bukan sekadar pekerjaan yang menuntut gaji, tetapi sebuah panggilan jiwa.
Guru yang sekadar hadir untuk menggugurkan kewajiban administratif, tanpa hati yang menyala bagi perkembangan murid, sejatinya sudah gagal menjalankan esensi pendidikannya.