Yang lebih menyedihkan: kasus ini bukan satu-satunya. Dan jika tak ada langkah konkret, maka sekolah negeri perlahan hanya akan jadi formalitas administratif, hidup hanya di laporan, mati di lapangan.
Jika Tak Bisa Diselamatkan, Tutup Saja
Mari jujur. Tidak semua sekolah negeri harus dipertahankan. Kalau sekolah sudah kehilangan murid, kehilangan fungsi, dan kehilangan kepercayaan publik, lalu dipertahankan hanya karena "sayang bangunan", maka itu hanya memperpanjang napas sistem yang sudah koma.
Lebih baik ditutup, daripada jadi beban anggaran dan bahan basa-basi dalam rapat dinas.
Tapi sebelum ditutup, pastikan satu hal: kita memang sudah mencoba menyelamatkannya. Dengan serius. Bukan sekadar mengirim surat edaran atau mengecat ulang pagar.
Sebab jika tidak, maka yang gagal bukan sekolah itu. Yang gagal adalah kita, yang membiarkan sekolah mati pelan-pelan sambil sibuk menyusun strategi "rebranding" yang tak pernah diterapkan.
Sekolah negeri yang sepi bukan hanya soal murid yang tak datang. Itu tanda bahwa negara mulai kehilangan fungsinya dalam menyediakan pendidikan yang adil. Dan kalau dibiarkan, yang hilang bukan hanya bangku, tapi masa depan yang seharusnya milik semua, bukan hanya yang mampu bayar lebih.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI