Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Krisis Kedelai, Mental Keledai, dan Mimpi Swasembada

4 Januari 2021   21:52 Diperbarui: 4 Januari 2021   22:18 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pembuatan tahu dan tempe dari bahan kedelai | Foto: KOMPAS.com/ Andreas Lukas Altobeli

Menanggapi keluhan terbaru para pengusaha tahu dan tempe, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo berjanji bakal segera mewujudkan swasembada kedelai.

Syahrul mengatakan, dalam waktu 200 hari (dua kali masa tanam dan panen), swasembada kedelai baru bisa terwujud. Pertanyaannya adalah, apakah polanya tetap sama, yakni dengan tetap berharap dari para petani lokal saja?

Pola dan pandangannya mestinya berbeda. Tidak lagi hanya bergantung dari petani. Pemerintah wajib turun tangan, dengan cara membangun lumbung pangan kedelai "abadi", seabadi konsumsi tahu dan tempe.

Bukankah pemerintah sedang giat mengembangkan food estate di Kalimantan dan Sumatera? Bagaimana kabar proyek kolaborasi antara Kementerian Pertanian dan Kementerian Pertahanan itu sekarang? Sudah sampai di mana pengerjaannya?

Semoga proyek food estate tetap berjalan, tidak terhambat pandemi Covid-19. Cukuplah sektor ekonomi lainnya yang terpuruk, pertanian diupayakan tidak diikutkan.

Dan mengingat krisis kedelai terulang kembali, diharapkan di proyek food estate, pemerintah berkenan memasukkan kedelai sebagai salah satu tanaman pangan utama, selain padi, singkong, dan sebagainya.

Berhasilnya pengembangan food estate sedianya bukan cuma untuk merealisasikan swasembada pangan nasional, melainkan lebih dari itu. Indonesia harus bisa menjadi negara penyuplai komoditas pangan terbesar bagi dunia, tidak sebaliknya. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun