Selanjutnya, mengambil gambar atau video kiranya bisa dijadikan sebagai sarana hiburan di kala penumpang merasa bosan, apalagi dalam durasi penerbangan yang cukup lama. Apakah maksudnya para penumpang duduk saja tanpa bergerak sedikit pun?
Dan beberapa alasan lainnya. Jadi sekali lagi menurut hemat saya, mestinya pihak Garuda tidak membatasi aktivitas para penumpangnya selama tidak merugikan orang lain serta membahayakan keselamatan penerbangan.
Saya menduga, dan mudah-mudahan dugaan ini tidak ada korelasinya sama sekali dengan peristiwa viral "menu tulis tangan".
Beberapa waktu yang lalu jagat maya sempat dihebohkan dengan viralnya unggahan salah seorang penumpang pesawat Garuda. Penumpang tersebut mengunggah sebuah foto daftar menu makanan dan minuman yang tidak dibuat dalam bentuk buku, tetapi di secarik kertas dengan tulisan tangan seorang awak kabin.
Kalau dipahami, mengunggah foto menu tulisan tangan tersebut sebenarnya wujud aksi protes kepada maskapai. Karena memang jika dipikir-pikir, salah satu fasilitas sederhana yang wajib didapatkan penumpang adalah daftar menu dalam kondisi layak.
Merespon unggahan foto, lewat akun twitter resminya, Garuda menyampaikan bahwa daftar menu yang viral tidak diperuntukkan bagi para penumpang, tetapi hanya catatan pribadi awak kabin yang mestinya tidak disebarluaskan.
Baiklah bahwa penumpang dinilai tidak beretika, akan tetapi pihak Garuda selayaknya membalas dengan cara yang baik.
Ingat, para penumpang itu adalah "raja" yang wajib dilayani dengan sebaik-baiknya (plus fasilitas yang menjadi hak mereka).
Pertanyaannya, apakah pihak maskapai bakal tahu sendiri persoalan menu "tulisan tangan" itu jika tidak ada foto viral? Mengapa tidak dijadikan sebagai bahan evaluasi dan koreksi?