Poroshenko juga tidak menggunakan pengaruhnya untuk mengerahkan massa pendukungnya memboikot kemenangan Zelenskiy, karena pemenang Pilpres sesungguhnya adalah warga negara Ukraina sendiri. Janjinya untuk tetap aktif di dunia politik juga merupakan sikap optimis yang kuat serta bentuk komitmen tinggi untuk terus berkontribusi bagi negaranya. Kekalahan dalam Pilpres tidak membuatnya hilang semangat.
Lalu bagaimana dengan Indonesia, apakah para capres-cawapres berniat meniru sikap Poroshenko terhadap Zelenskiy dan sebaliknya?
Sistem dan proses Pilpres di Ukraina tidak hanya sama dengan yang diterapkan di Indonesia yakni LUBER dan melalui pemungutan suara di TPS, tetapi waktu pelaksanaannya pun hampir berbarengan.
Apakah proses Pilpres di Indonesia memang harus lebih buruk atau malah justru diupayakan agar sama baiknya dengan Pilpres di Ukraina?
Harusnya dapat diupayakan oleh semua pihak, baik para pasangan capres-cawapres sendiri, para elit politik dan juga masyarakat banyak. Hal sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan menghindari konflik sosial dan bersabar menunggu hasil keputusan final dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Tentu setelah nanti diumumkan pasangan mana yang resmi terpilih, pasangan tersebut wajib mengumandangkan janji yang barangkali dibuat mirip dengan janji Zelenskiy berikut: "Aku tidak akan pernah mengecewakanmu" kepada seluruh rakyat Indonesia. Betul?
Semoga demikian. Amin!
***