Mohon tunggu...
wiezkf
wiezkf Mohon Tunggu... Open Observer

Writing on what has already been written, reflecting and innovating. It is simply a hobby of an Open Scientist.! 😉😄☕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ramadhan dan Jiwa: Melampaui Teknologi, Menemukan Kedamaian

13 Maret 2025   06:24 Diperbarui: 13 Maret 2025   06:24 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ramadhan tak hanya tentang ibadah, tetapi juga kesehatan mental. Bagi penulis, tantangan era digital seperti tekanan media sosial bisa menguji keseimbangan jiwa dan kreativitas."

Ramadhan: Momentum untuk Memperbaiki Kesehatan Mental

Ramadhan tidak hanya menjadi waktu untuk refleksi spiritual, tetapi juga momentum untuk memperbaiki kesehatan mental. Namun, di era digital, tekanan eksternal seperti kewajiban memiliki akun media sosial untuk kompetisi menulis dapat menimbulkan stres tambahan (Stephan Volk, et al., 1994). 
Gambar Ilustrasi
Gambar Ilustrasi "Antara Pencarian dengan Ketenangan dalam Hidup" (Sumber: inspirasi-islami.tumblr/AfradDesign) 

Dalam pembahasan artikel sebelumnya tentang "Puasa Intermiten Sebagai Katalis Produktivitas Harian" yakni dengan menahan lapar dan haus, seseorang belajar mengelola emosi, mengurangi stres, serta meningkatkan ketajaman kognitif. Hal ini, telah dijelaskan secara tegas dalam Al-Qur'an Surat Al-Fath: 4 sebagaimana berikut:

هُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ فِيْ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ لِيَزْدَادُوْٓا اِيْمَانًا مَّعَ اِيْمَانِهِمْۗ وَلِلّٰهِ جُنُوْدُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًاۙ ۝٤ 

Artinya: "Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Milik Allahlah bala tentara langit dan bumi dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. "QS: Al-Fath Ayat 4.

Menurut penelitian, puasa dan ibadah Ramadhan dapat mengurangi kecemasan, tetapi tuntutan sosial digital bisa menjadi kontradiktif (Roky et al., 2004; Ammar, et al., 2021).

Bagi penulis, media sosial sering dijadikan syarat wajib kompetisi, baik untuk promosi maupun verifikasi. 

Hal ini dapat menimbulkan dilema, terutama bagi mereka yang tidak nyaman dengan platform tersebut (Furqan Z, et al., 2019). 

Gambar Kutipan Inspirasi tentang Motivasi Hidup (Sumber: pixabay/geralt) 
Gambar Kutipan Inspirasi tentang Motivasi Hidup (Sumber: pixabay/geralt) 

Pakar Psikologi: Tekanan Sosial Digital Pengaruhi Kesehatan Mental 

Dr. Rania Awaad, seorang ahli psikolog klinis dari Standford University, menyatakan bahwa tekanan sosial digital dapat memengaruhi kesehatan mental, terutama jika seseorang merasa dipaksa melakukan sesuatu yang bertentangan dengan prinsipnya (Awaad R, 2020).

Ramadhan seharusnya menjadi waktu untuk menenangkan pikiran, tetapi tuntutan seperti membangun follower atau memposting konten bisa mengganggu ketenangan ini. 

Studi menunjukkan bahwa interaksi sosial yang positif, seperti berbuka bersama, lebih bermanfaat bagi kesehatan mental daripada tekanan digital (Holt-Lunstad et al., 2010).

Namun, tidak semua kompetisi menulis bersikap kaku. Beberapa panitia mungkin fleksibel, misalnya dengan menerima karya via email. 

Jika syarat media sosial tidak bisa dihindari, membuat akun sementara bisa menjadi solusi (Farooq, Saeed, et al., 2010). Namun, penting untuk menjaga keseimbangan antara kewajiban dan kenyamanan diri selama Ramadhan (Chehovich, Charisse, et al., 2019).

Membangun Batasan dalam Penggunaan Media Sosial selama Ramadhan

Menurut Martin Seligman, praktik mindfulness dan syukur selama Ramadhan dapat meningkatkan kebahagiaan. Namun, jika tekanan media sosial mengganggu, penulis perlu memprioritaskan kesejahteraan mental mereka. 

Kompetisi menulis seharusnya fokus pada kualitas tulisan, bukan popularitas digital (Seligman, 2011).

Adanya perpaduan nilai-nilai Ramadhan dan kesadaran akan kesehatan mental, penulis dapat menemukan solusi yang seimbang. Jika syarat media sosial terlalu memberatkan, mencari kompetisi yang lebih fleksibel atau berdiskusi dengan panitia adalah langkah bijak. 

Ingat...! Hak untuk memilih tetap ada di tanganmu.

Selain itu, penting untuk membangun batasan yang jelas dalam penggunaan media sosial selama Ramadhan. Menetapkan waktu khusus untuk aktivitas digital dan memprioritaskan ibadah serta istirahat dapat membantu mengurangi tekanan. 

Pada akhirnya, Ramadhan tetap menjadi momen yang bermakna tanpa terganggu oleh tuntutan dunia maya.

Rangkuman

Memahami keseimbangan antara kewajiban digital dan kenyamanan diri sangat penting agar kita dapat menjalani Ramadhan dengan lebih tenang. Prioritaskan kesehatan mental, pilih kompetisi yang sesuai dengan nilai-nilai kita, dan jangan ragu berdiskusi dengan panitia jika diperlukan. 

"Ingat, Ramadhan adalah momen untuk mendekatkan diri pada spiritualitas, bukan sekadar mengejar popularitas di dunia digital."

Bibliografi

Referensi berbasis tautan tanpa detail bibliografi dalam artikel ini.

That's all from me today. See you in the next article! Thank you.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun