Mohon tunggu...
wiezkf
wiezkf Mohon Tunggu... Open Observer

Writing on what has already been written, reflecting and innovating. It is simply a hobby of an Open Scientist.! 😉😄☕

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Puasa Intermiten Sebagai Katalis Produktivitas Harian

5 Maret 2025   19:52 Diperbarui: 5 Maret 2025   19:52 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ritme Sirkadian mengatur Metabolisme dan Proses Tubuh. (Sumber: ©2015 by the Academy of Nutrition and Dietetics)

"Puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tapi momentum meningkatkan produktivitas. Adanya pola hidup seimbang, Puasa bisa jadi kunci optimalisasi fisik, mental, dan kehidupan sosial kita."

Puasa sering dianggap sebagai momen menahan diri secara fisik dan mental. Namun, di balik tantangan menahan lapar dan dahaga, puasa justru bisa menjadi momentum untuk meningkatkan produktivitas.

Kuncinya adalah menjaga keseimbangan antara ketahanan fisik, kestabilan psikologis, dan harmonisasi sosial agar aktivitas sehari-hari tetap optimal.

Apa itu Puasa Intermiten? 

Puasa intermiten (intermittent fasting) adalah pola makan yang mengatur siklus antara periode makan dan puasa (Harvard Health Publishing, 2022). Fokus utamanya bukan pada apa yang dimakan, tetapi kapan waktu makan dilakukan.

Beberapa metode umum puasa intermiten meliputi (Harvard Health Publishing, 2023): 

  1. Metode 16/8: Berpuasa selama 16 jam dan makan dalam jangka waktu 8 jam setiap hari.
  2. Metode 5:2: Makan normal selama 5 hari dalam seminggu dan membatasi asupan kalori (sekitar 500-600 kalori) selama 2 hari.
  3. Eat-Stop-Eat: Berpuasa penuh selama 24 jam sekali atau dua kali dalam seminggu. 
  4. Alternate-Day Fasting: Bergantian antara hari makan normal dan hari puasa atau membatasi kalori.

Puasa intermiten sering digunakan untuk menurunkan berat badan, meningkatkan metabolisme, atau menjaga kesehatan secara umum (Harvard Health Publishing, 2019). Namun, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi sebelum memulainya, terutama jika memiliki kondisi kesehatan tertentu.

Kesehatan: Adaptasi Fisiologis yang Mendukung

Secara medis, puasa memiliki manfaat luar biasa bagi tubuh. Proses autofagi yang terjadi saat berpuasa membantu regenerasi sel dan meningkatkan daya tahan tubuh (National Institutes of Health, 2021). 

Selain itu, puasa mengoptimalkan fungsi metabolisme, menjaga kadar gula darah, serta meningkatkan fokus dan energi jika pola makan sahur dan berbuka dilakukan dengan benar. 

Pemilihan asupan yang tepat menjadi kunci agar energi tetap stabil sepanjang hari.

Psikologi: Pengendalian Diri dan Disiplin

Sesuai dari aspek psikologis, puasa melatih ketahanan mental dan meningkatkan disiplin diri. Tentunya, dengan menahan lapar dan haus, seseorang belajar mengelola emosi, mengurangi stres, serta meningkatkan ketajaman kognitif (Robbins, C. A., et al., 2014). 

Studi menunjukkan bahwa pengendalian diri yang diasah selama puasa berdampak positif pada kemampuan menyelesaikan tugas dengan lebih fokus dan efisien (Psychology Today, 2022; American Psychological Association, 2012). 

Foto Stethoscope (Sumber: Pixabay/Pexel)
Foto Stethoscope (Sumber: Pixabay/Pexel)
Sosial: Harmoni dan Kolaborasi yang Menguat

Puasa juga mempererat hubungan sosial, baik di lingkungan kerja maupun dalam komunitas (Zouhal, H., et al., 2020). Momentum ini dapat dimanfaatkan untuk memperkuat kolaborasi melalui semangat kebersamaan dan kepedulian sosial (Khafaji, H. A. R. H., 2011).  

Di dunia kerja, semangat gotong royong dan toleransi meningkat, menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan produktif.

Menggunakan strategi yang tepat, puasa bukanlah penghalang produktivitas, melainkan pendorong keseimbangan hidup yang lebih baik (Forbes, 2021). Saat tubuh, pikiran, dan hubungan sosial dikelola dengan bijak, puasa dan produktivitas dapat berjalan berdampingan tanpa saling menggerus (Rutledge, Thomas., 2020).

Oleh karena itu, mari manfaatkan puasa sebagai momentum untuk meningkatkan kualitas diri. Dengan menjaga pola makan, disiplin waktu (Patterson, Ruth E., 2015), dan semangat kolaborasi, produktivitas tetap terjaga meski tengah berpuasa. 

Simpulan Akhir

Puasa bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tapi juga tentang mengambil jeda untuk memperbaiki diri. Puasa merupakan kesempatan emas untuk menyeimbangkan tubuh, pikiran, dan hubungan kita dengan orang lain. Tentunya, dengan menjalani pola hidup yang teratur, puasa intermiten bisa menjadi jalan untuk meraih kesehatan yang lebih baik, melatih kedisiplinan, dan membangun ikatan sosial yang lebih erat. 

Selain itu, kita dapat menjadikan puasa sebagai momen untuk meningkatkan kualitas hidup, mengasah ketahanan diri, dan memperkuat kerja sama, agar hidup kita tidak hanya lebih produktif, tapi juga lebih bermakna dan penuh kebahagiaan.

Bibliografi

Referensi berbasis tautan tanpa detail bibliografi dalam artikel ini.

That's all from me today. See you in the next article! 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun