"Teringat ketika Ramadhan tahun 2024 lalu, aku bersama dengan beberapa orang teman yang merupakan anggota dan pengurus Remaja Masjid - Masjid As-Syafa'ah Kelurahan Sulamadaha, Ternate Barat."
Malam itu, selepas tarawih, kami sekelompok remaja masjid diantaranya; aku, Andre, Joken, Ilham, Ozilo, Aidh, Adi, dan Akes yang biasa kami sebut "Si orang Misterius", kami sudah sibuk mempersiapkan acara sahur bersama.Â
Kami membagi tugas: ada yang belanja bahan makanan, ada yang masak, dan ada yang bertugas membangunkan yang lain. Semuanya berjalan lancar, kecuali satu hal: Akes. Dia selalu punya alasan untuk menghilang di saat-saat genting.
"Akes, kamu jangan kabur lagi ya pas sahur nanti. Kamu kan sudah janji mau bantu bersih-bersih," kata Andre sambil menatap Akes dengan tatapan curiga.
Akes cuma nyengir, "Tenang aja, Aku kuat puasa kok. Asam lambung aku juga lagi baik-baik aja."
Kami semua saling pandang. Akes dan puasa? Itu seperti kopi tanpa kafein - tidak masuk akal.
Saat sahur tiba, suasana riuh rendah. Nasi goreng spesial buatan Joken ludes dalam hitungan menit. Tapi, di tengah keriuhan itu, Akes menghilang. Awalnya kami pikir dia ke kamar mandi, tapi ternyata sampai imsyak tiba, Akes tetap tidak muncul.
"Akes mana?" tanya Ilham sambil melirik ke sekeliling.
"Kayaknya dia kabur lagi deh," sahut Ozilo sambil geleng-geleng kepala.
"Katanya asam lambung kumat," timpal Aidh sambil tertawa.
"Asam lambung kumat, tapi kok kaburnya cepet banget?" tambah Adi, membuat kami semua tertawa.
Pagi hari setelah subuh, ketika kami sibuk membersihkan sisa-sisa sahur, tiba-tiba Akes muncul dengan secangkir kopi di tangan.
"Eh, kopi? Katanya asam lambung kumat?" tanyaku sambil menatapnya heran.
"Bro, asam lambung kok minum kopi? Ini mah asam lambungnya pilih-pilih makanan ya?" ejek Ilham sambil tertawa.
Akes cuma tersenyum kecut, "Iya, asam lambung aku kumat. Makanya aku minum kopi biar netralin. Selain itu, "Ini kopi khusus buat asam lambung, bro. Namanya kopi herbal," jawabnya dengan wajah polos."
"Netralin? Kamu pikir asam lambung itu baterai remote yang perlu di-charge ulang?" ledek Andre sambil tertawa terbahak-bahak.
"Saya serius nih, ini kopi herbal," bela Akes dengan wajah polos.
"Kopi herbal? Itu mah kopi biasa yang kamu kasih label 'herbal' biar nggak ketauan!" seru Ozilo sambil menahan tawa.
"Obat apa? Obat biar gak puasa?" timpal Joken sambil nyengir.
"Iya, biar gak ngantuk pas puasa," jawab Akes dengan santai.
"Tapi kamu kan gak puasa!" seru Ilham sambil menahan tawa.
Akes cuma nyengir lagi, "Saya puasa kok... puasa makan siang aja."
"Ya udah, besok kita bikin kopi herbal buat sahur, biar Akes nggak bolong lagi," canda Adi.Â
Akes cuma menggeleng sambil tersenyum. "Asam lambung mah nggak bisa diprediksi, bro. Tapi kopi ini beneran herbal, deh!"
Kami semua tertawa terpingkal-pingkal. Sahur tahun ini memang penuh kejutan, terutama karena Akes dan kopi "herbal"-nya. Siapa tahu, mungkin tahun depan Akes akan punya alasan baru yang lebih kreatif!
Akes memang selalu punya alasan yang tidak bisa dibantah. Tapi, di balik kelakuannya yang kocak, kami tahu dia adalah teman yang selalu bisa diandalkan, meski kadang agak susah dicari pas dibutuhkan.
"Besok-besok saya gak mau lagi jadi tukang bangunin kamu, Akes. Kamu mah lebih susah dibangunin daripada orang mati," kata Aidh sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Tenang aja, besok saya janji gak kabur lagi," janji Akes sambil menyeruput kopinya.
"Janji kamu mah kayak kopi kamu, Akes. Katanya asam lambung kumat, tapi tetep aja diminum," sahutku, membuat semua orang tertawa lagi.