Pada hari Minggu tepatnya minggu ketiga di bulan April, Adit yang secara tak sengaja membuka laptop sang kakek menemukan tulisan yang aneh. Adit heran dan kaget. Masak sih kakeknya jatuh cinta lagi. Padahal dia sudah memiliki tiga cucu. Dan dengan neneknya pun tak pernah ada ribut-ribut. Adit membaca sebuah cerpen karangan kakeknya yang berjudul "Cintaku di kampus biru". Kalau dibaca secara sekilas memang cerpen itu mengisahkan kisah percintaan antara sepasang mahasiswa dan mahasiswi yang sedang dimabuk cinta.
Baru saja membaca di aliea kelima tiba-tiba Adit ditegur oleh kakeknya.
"Hayo, kamu mengintip tulisan kakek, ya."
"Ah, enggak kok, kek. Adit cuma baca-baca doang."
"Sama saja, itu namanya mengintip kalau baca tulisan orang di laptop tanpa ijin."
"Ya, maaf deh, kek. Habis salah sendiri kakek menulis di laptop gak di password."
"Ya, sudahlah. Gak mengapa. Kamu pengin bisa nulis cerpen seperti kakek," tanya sang kakek kepada cucunya.
Adit terdiam. Dia belum bisa menjawab ya atau tidak. Karena dia masih suka bermain-main dan lebih suka baca komik ketimbang harus belajar nulis cerpen. Namun rasa penasaran Adit tak hilang begitu saja. Lantas ia mengajukan pertanyaan kepada kakeknya mengapa menulis cerpen kisah percintaan padahal usia kakeknya sudah lumayan senja. Kakeknya pun menjawab dengan penuh kesabaran.
"Adit, di dalam menulis itu kakek menemukan kebebasan berekspresi. Dan kisah yang ada di cerpen itu sebenarnya kakek hendak mengenang kembali kisah jadul ketika kakek pertama kali bertemu dengan nenek. Walau tokoh dan setting lokasi dibuat berbeda tapi kakek ingin mengenang kisah romantis kakek bersama nenek ketika masih muda."
"Oh, gitu ya ...kek," Adit mengangguk sebagai pertanda puas dengan jawaban kakek.
"Yah, begitulah. Dan kalau tulisan ini dibaca oleh nenek, ia pasti akan tersenyum geli mengenang kisah romantis jaman jadul."