Mohon tunggu...
Trisni Setya.NS
Trisni Setya.NS Mohon Tunggu... Bisa memberikan manfaat untuk orang lain walau hanya sebulir debu adalah sesuatu yang memberikan energi positif pada diri kita

Dr ruang bc sekolah hingga dapur rmh, setiap kisah py rasa. Aku, Trisni Setya.NS, penulis dr Yogya mnghdrkan inspirasi n nilai2 kehidupan mll karya spt Tuntunlah Aku di JalanMu, Ketika Hati Bicara, Saka Gudeg Tukul ing Rasa, Writing Yes I Can dll

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Tuntunlah Aku Di JalanMu ( Novel Religi I )

3 September 2025   13:05 Diperbarui: 3 September 2025   14:06 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
cover Tuntunlah Aku di JalanMu,

                                                                                                                                                                                                           KESEHATAN MENURUN

Perempuan setengah baya dengan wajah bulat dengan tahi lalat di pipi sebelah kiri, matanya yang cekung menandakan kurangnya jam untuk istirahat. Rasa sakit di perut terkadang menjadi pemicu untuk selalu terus beristighfar. Menyebut sang pemilik alam semesta ini.

Siti Wartinah biasa disebut dengan Wartinah, dengan kondisi kesehatan yang terus menurun, sakit yang dirasakan perempuan beranak tiga itu terkadang membuat putrinya, Rahma merasa iba dengan kondisi ibunya. Sebagai seorang anak apapun akan dilakukannya. Ayahnya, Iskandar dan kedua kakaknya, Dimas dan Rangga  yang tinggal jauh dari mereka membuat gadis itu di paksa untuk mandiri. Walau dari segi materi dia jelas tidak kekurangan tapi disisi lain dia harus bisa cepat tanggap dengan kondisi ibunya yang menuntut dia untuk harus segera sadar diri .

Tempat tinggalnya yang cukup mewah untuk sebuah keluarga Iskandar Wijaya yang terletak cukup elit di daerahnya. Beliau  dikenal banyak orang sekitarnya termasuk orang yang sukses mempunyai beberapa aset kekayaan di wilayah yogya tapi tidak menunjukkan kesan glamor.

Rumah yang dihuni oleh ibu anak serta dua pembantu. Ayah dan kedua kakaknya hidup di kota kembang, Bandung mengurus Perusahaan sepatunya  yang terus berkembang.

Sebuah kehidupan yang harus dipilih dan  harus dijalani sebagai sepasang suami istri dengan komitmen sebuah keluarga untuk membesarkan anak - anak tanpa adanya pihak  "ketiga" yang mengganggu keharmonisan keluarga mereka.

Rahma terkadang sering sedih, menangis sendiri di dalam kamarnya. Melihat kondisi ibunya, tiap kali rasa sakit itu kambuh hanya sebutan asma Allah yang selalu ia keluarkan. Apalgi waktu ibunya menyendiri ruas-ruas jari tangannya menjadi saksi ia selalu menyebut asmaNya.

"Ibu..." sedih, iba dalam hatinya terkadang sering membikin sesak nafas dadanya.

Teringat waktu kecil, Rahma dan kakaknya masih berkumpul diyogya, ada rasa iri dalam hati mereka kenapa ibu dan ayah tidak bisa bersama.

"kenapa ayah dan ibu tidak satu rumah seperti kebanyakan orang tua lainnya, dulu saya ingin seperti anak-anak lainnya...dijemput sekolah, ter kadang sama ibu nya terkadang sama ayah juga..tapi aku.. hanya yang jemput ibu terus...ayah tidak di rumah jemput Rahma bias dihitung dengan jari.." rengek Rahma kecil ketika sering ditinggalkan ayahnya, karena sang ayah yang sering meninggalkan ibu dan anak-anaknya di rumah.

Dengan seiring berjalannya waktu usia anak-anak mereka semakin bertambah dewasa begitu juga cara berfikir dan cara pandang mereka semakin matang. Penanaman cara berfikir yang kritis mandiri, kreatif selalu berfikir positive dengan keadaan yang ada dan apapun yang terjadi kepada ketiga anaknya harus dilakukan   karena tuntutan pekerjaan yang harus dijalani .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun