Mohon tunggu...
Tripviana Hagnese
Tripviana Hagnese Mohon Tunggu... Bisnis, Penulis, Baker

Saya seorang istri, ibu rumah tangga, yang juga mengelola bisnis, ada bakery, laundry, dan parfum.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

[Cerbung S1 E8] Nada yang Terlupakan

26 September 2025   08:47 Diperbarui: 25 September 2025   07:51 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Milik Tripviana Hagnese: Nada yang Terlupakan 

"Tisya juga tetap harus dipantau, Bu Fika, agar aktivitasnya jangan terlampau berat atau kelelahan. Kita ingin penyembuhan optimal bisa dialami Tisya," Dokter Gunawan mengingatkan Fika.

"Pasti, Dok. Saya akan menjaganya," jawab Fika mantap.

Dalam persiapan kali ini, Tisya hanya perlu dikarantina lagi selama seminggu. Fika menitipkan pesan pada Vito, pembina di acara itu. Ia menjelaskan kronologi lengkap mengenai kondisi Tisya, mengapa putrinya pingsan dan memar-memar.

"Astaga, anak seceria Tisya harus menghadapi hal yang tidak mudah ya. Tapi saya percaya, Tisya bisa melewati ini. Anak baik dan pintar. Dari awal saya yakin, ia pasti bisa berjuang sampai sejauh ini. Waktu dibilang terjadi bullying, saya tidak yakin memang karena setahu saya, Tisya disukai teman-temannya. Ia dapat bergaul dengan baik dan mudah menjadi pusat perhatian. Selain cantik, ia memang berbakat. Syukurlah, Tisya bisa melewati hal ini, ya Bu Fika." Vito menyalami Fika, menggenggam tangannya lama. Wajahnya tampak berseri-seri.

Fika merasakan ketulusan Vito. Ia benar-benar menitipkan Tisya dalam pengawasan Vito, dan Vito berjanji akan menjaganya dengan baik.

Satu minggu karantina berjalan lancar. Tidak ada insiden, tidak ada demam, tidak ada memar baru. Hanya tinggal gladi bersih sebelum acara puncak. Fika ikut menyaksikan dari layar videotron di tenda. Ia melihat Tisya tampil, suaranya merdu, gerakannya lincah, wajahnya memancarkan kebahagiaan.

Fika tersenyum miris. Ia kadang merasa, semua penderitaan ini hanyalah mimpi. Ia tidak menyangka, ia dan Tisya bisa melalui semua ini. Meskipun kondisi Tisya belum pulih maksimal, tapi Tisya sudah bisa kembali pada aktivitas normalnya.

Selesai acara, Fika berkesempatan bertemu Tisya sesaat. Ia memeluk putrinya erat, mencium keningnya.

"Ma, doakan besok semua berjalan dengan lancar ya," bisik Tisya, pelukannya terasa erat.

"Pasti, Sayang. Mama yakin kamu pasti bisa. Setelah acara selesai besok, kita sudah bisa lega kembali," jawab Fika sambil membelai Tisya.

Mereka melepas rindu sejenak, sebelum Tisya harus kembali ke camp bersama rombongan. Fika melambaikan tangan, matanya mengiringi mobil Tisya hingga menghilang di tikungan. Malam itu, Fika masih harus melanjutkan pesanan kue-kuenya, tapi hatinya terasa lebih ringan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun