Mohon tunggu...
Tripviana Hagnese
Tripviana Hagnese Mohon Tunggu... Bisnis, Penulis, Baker

Saya seorang istri, ibu rumah tangga, yang juga mengelola bisnis, ada bakery, laundry, dan parfum.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Kabut Senja di Balik Jeruji Besi (Ep. 5/10)

18 Juli 2025   17:30 Diperbarui: 18 Juli 2025   17:01 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Milik Tripviana Hagnese: Kabut Senja di Balik Jeruji Besi (Ep. 5/10)

Gambar Milik Tripviana Hagnese: Kabut Senja di Balik Jeruji Besi (Ep. 5/10)
Gambar Milik Tripviana Hagnese: Kabut Senja di Balik Jeruji Besi (Ep. 5/10)
Bara dalam Diam, Ledakan di Pelabuhan

#tripvianahagnese
#kabutsenja

Ada 10 Epsiode ya.

---

Rendi, dengan memar di tubuhnya dan bara semangat di dada, mencari cara untuk menyampaikan pesan krusial itu kepada Aruna. Sebuah risiko besar, namun dorongan untuk kebenaran jauh lebih kuat dari rasa takut. Ia berpura-pura sakit dan meminta izin ke rumah sakit khusus kepolisian. Gerak-geriknya diawasi ketat, ia tahu itu. Maka dari itu, setiap langkahnya penuh perhitungan.

Di rumah sakit, ia disambut senyum hangat Suster Nadia. "Bertengkar lagi atau hasil perjuangan dinas membela negara?" canda Nadia, matanya berbinar. Mereka sudah cukup akrab setelah Rendi beberapa kali dirawat olehnya.

"Tugas kepahlawanan, Sus," jawab Rendi, mencoba membusungkan dada, berpura-pura tidak merasakan nyeri. Nadia terkekeh, lalu dengan sengaja menyentuh keras luka di perut Rendi. Rendi menjerit, membuat mereka berdua tertawa. Sekilas, tak ada yang mencurigakan dari interaksi itu. Namun, di balik tawa dan senda gurau, saat Nadia membalut lengannya, Rendi menyelipkan selembar kertas kecil di tangan Nadia. Nadia menahan napas sesaat, terkejut, namun tetap bersikap biasa. Percakapan ringan mereka berlanjut, menyamarkan pertukaran rahasia itu.

Rendi kembali ke kamp setelah mendapat perawatan, luka di tubuhnya kini terbalut, namun semangatnya menyala. Sementara itu, Nadia, di tempat sepi, membaca tulisan yang diberikan Rendi. Matanya membelalak. Isinya sandi aneh, deretan emotikon dan kata-kata yang jika dibaca sekilas tak berarti. Tapi di bawahnya, tertulis jelas: Aruna Kirana. Nadia terkesiap. Ini sebuah misi rahasia untuknya. Rendi pasti ingin menyampaikan sesuatu yang vital kepada Aruna. Nadia mengenal Aruna, mereka sempat satu SMA dulu, meski tidak terlalu akrab.

Dengan hati-hati, Nadia meraih ponselnya dan mengetikkan pesan untuk Aruna.

"Hai Aruna, sudah lama tidak berjumpa. Aku panitia reuni SMA kita. Ayo join untuk kopi darat bersama (emot kapal). Ini rumah kita (emot rumah) jadi kita wajib berkumpul bersama. Mari mengenang kembali setelah kita lulus ujian (emot kertas). Bukankah kita sangat semangat waktu itu (emot api). Kalau kamu mau hadir, harap list di bawah ini ya (emot list). Harap isi ini paling lambat besok malam (emot jam 8). Urgent ya (emot tanda seru merah)."

Nadia segera mengirim pesan itu. Ia tahu, setiap percakapan mereka bisa disadap. Sandi itu adalah satu-satunya cara. Ia hanya bisa berharap Aruna cukup cerdas untuk memecahkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun