Mohon tunggu...
Tripviana Hagnese
Tripviana Hagnese Mohon Tunggu... Bisnis, Penulis, Baker

Saya seorang istri, ibu rumah tangga, yang juga mengelola bisnis, ada bakery, laundry, dan parfum.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Senja di Ujung Pelangi (Ep. 10/10)

14 Juni 2025   09:04 Diperbarui: 14 Juni 2025   07:12 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Milik Tripviana Hagnese: Senja di Ujung Pelangi (Ep. 10/10)

"Rama, aku harus pulang. Sekarang," Senja berkata, suaranya putus asa.

Rama melihat kepanikan di mata adiknya. Ia mengangguk. "Aku akan atur tiket tercepat. Jangan khawatir soal pekerjaan di sini, aku yang urus. Kamu pulanglah, Senja."

Perjalanan pulang terasa begitu panjang. Setiap menit adalah siksaan. Pikiran Senja campur aduk: kekhawatiran akan ayahnya, rasa bersalah pada Awan, dan beban rahasia yang masih ia pikul.

Saat tiba di bandara Soekarno-Hatta, wajah Senja terlihat begitu lelah. Matanya sembab dan tubuhnya kurus. Ia melihat Awan berdiri di sana, menunggunya. Awan, dengan jaket hoodie lamanya, terlihat lebih dewasa, namun matanya memancarkan kerinduan yang mendalam. Begitu pandangan mereka bertemu, Awan berlari menghampirinya.

"Senja!" Awan memeluknya erat, sangat erat, seolah ingin memastikan Senja benar-benar ada di sana. Aroma kopi dan tubuh Awan yang selalu menenangkan, kini terasa begitu asing namun familiar.

Senja membalas pelukan itu, air matanya tumpah ruah. "Awan... Papa gimana?"

"Beliau... kondisinya menurun drastis, Senja. Ayo cepat." Awan menarik tangan Senja, tak melepaskannya barang sedetik pun selama perjalanan.

Mereka tiba di rumah. Suasana duka sudah menyelimuti. Senja langsung berlari ke kamar ayahnya. Ayahnya terbaring lemah, napasnya tersengal. Senja memegang tangan ayahnya yang dingin, menciumnya berulang kali. "Papa... Papa bangun, Pa..." Isakannya pecah. Ayahnya hanya bisa menatapnya dengan tatapan lemah, mencoba tersenyum, lalu matanya terpejam untuk selamanya.

Dunia Senja hancur. Ayah yang ia cintai, yang membesarkannya dengan penuh kasih sayang, telah tiada. Ini adalah saatnya ia melepas kepergian ayahnya.

Awan ada di sisinya sepanjang waktu, memeluknya, menguatkannya. Ia tahu Senja membutuhkan kekuatannya lebih dari apapun.

Beberapa hari setelah pemakaman, saat suasana mulai sedikit tenang, Senja duduk di bangku pojok kafe "Senja Rasa", kafe impian Awan yang kini sudah berdiri megah, penuh dengan nuansa hangat seperti yang ia bayangkan. Awan meracik kopi di bar, sesekali melirik Senja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun