Episode 6: Bayang-Bayang Masa Lalu
Julius berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Pikirannya berkecamuk. Ada sesuatu yang mengganggu sejak pertama kali ia melihat Via tadi. Dia mengenalnya. Dia pernah bertemu dengannya. Tapi di mana?
Lalu ingatannya melompat kembali ke dua bulan yang lalu.
Seorang karyawan baru, seorang perempuan muda dengan mata yang tajam namun lembut. Nama di kartu identitasnya... Via. Gadis itu hanya bertahan sebentar di kantornya, lalu tiba-tiba mengundurkan diri. Saat itu, ia tidak terlalu memikirkannya. Namun, sekarang...
"Tidak mungkin hanya kebetulan," gumamnya pelan.
Ketukan di pintu membuyarkan lamunannya.
"Julius." Suara ayahnya, rendah dan berwibawa, membuatnya refleks menegakkan punggung. Willy masuk tanpa menunggu izin, lalu duduk di tepi kasur.
"Papa mau bicara," katanya, dengan seringai tipis. "Kau lihat megahnya pesta pernikahan tadi? Kalau saja dulu kita bisa mengadakan pesta semewah itu."
Julius diam, sudah terbiasa dengan cara bicara ayahnya yang sarkastik.
"Tapi bukan itu yang penting," lanjut Willy, nadanya berubah lebih serius. "Keluarga Kusumawardhana setuju untuk investasi di perusahaan kita. Dan bukan hanya mereka. Besannya, keluarga Widjaya, juga tertarik. Ini berarti kita mendapat dua suntikan modal besar sekaligus. Bayangkan ekspansi yang bisa kita lakukan."