Mohon tunggu...
Tri Junarso
Tri Junarso Mohon Tunggu... Self-employed -

(1) Consultant (2) Books Writer: Corporate Governance; 7th Principle of Success; Leadership Greatness; Effective Leader; HR Leader - www.amazon.com/s?ie=UTF8&page=1&rh... (3) Software Developer (4) Assessor

Selanjutnya

Tutup

Politik

Santo Hidup itu (Presiden Obama) Paus Francis dan Presiden Jokowi

30 Juli 2014   15:50 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:10 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jika Jokowi disindir sebagai manusia setengah dewa (= deva, menurut istilah Hindu), atau nabi (=Nabiyyun/نبي, berasal dari kata dasar bahasa Arab, naba yg berarti “dari tempat yang tinggi), maka dia cocok sebagai santo (= sanctus (suci) menurut istilah Latin). Menurut penulis, dalam pengertian ini, Jokowi bisa disejajarkan dengan Presiden Obama di Amerika dan Paus Francis di Vatikan-Roma, Italia.

Presiden Obama telah menelopon Jokowi, setidak-tidaknya dua kesempatan, yakni tatkala dinyatakan sebagai presiden terpilih tanggal 22 Juli 2014 dan saat Idul Fitri tanggal 28 Juli 2014. Obama, atau nama lengkapnya Barack Hussein Obama II (/bəˈrɑːkhˈsnˈbɑːmə/) lahir 4 Agustus 1961, keturunan Afrika dan ayah tiri Indonesia-nya seorang muslim, terpilih sebagai Presiden Amerika ke-44, tanggal 20 Januari 2009. (Wiki)

Ayah biologisnya berkepribadian ‘agak rumit,’ (katanya) atheis, dan beberapa kali menikah, dengan menelurkan ‘banyak’ anak.

Obama ‘agak mengalami gangguan dalam berumah tangga,’ terutama setelah duduk di White House. Rumah tangganya konon sedang dalam kondisi rumit saat ini, sehingga tidak banyak lagi disinggung dalam cerita kehidupan pribadinya. Ia menikahi Michelle tahun 1992, dan memiliki dua orang anak perempuan Malia dan Sasha.

Dia terpilih ketika Amerika dalam krisis ekonomi yang dahsyat, atau sering disebut sebagai great recession. Sembilan bulan setelah dilantik jadi presiden Amerika, dia menerima Hadiah Nobel. Dialah orang ketiga sebagai presiden di sana yang mendapatkannya ketika memerintah.

Selama masa kampanye capres, Obama sering diolok-olok lawan politiknya sebagai keturunan monyet, diantaranya dengan menampilkan kartun seekor kera yang diumpani pisang (mirip Jokowi yang diperlakukan sebagai si Culun dan Kutu Loncat oleh lawan-lawan politiknya di Jakarta).

Obama dianggap pemimpin dunia yang disegani dan paling populer. Dia juga merupakan tempat orang-orang paling berharap untuk bangkit keluar dari kehancuran, tatkala ekonomi mengalami krisis.

Tahun 1963, ibunya menikahi Lolo Soetoro, seorang perjaka keturunan Indonesia. Oleh karenanya, sehabis balik ke Indonesia, Obama dibawanya serta dengan istrinya tahun 1967. Mula-mula mereka tinggal di Tebet, lalu pindah ke Menteng, di Jakarta. Dia sempat bersekolah di St. Fransiskus Asisi selama dua tahun. Ibunya balik ke Hawaii tahun 1994 karena kanker. Ia meninggal tahun 1995, karena ketidakmampuannya membiayai rumah sakit, makanya Obama terinspirasi akan ‘Obamacare.’ Tahun 2009, di tengah perlawanan di dalam Kongres, Obama menerbitkan ‘Kartu Amerika Sehat’ untuk setidak-tidaknya 4 (empat) juta anak yang tidak mendapatkan jaminan kesehatan.

Obama memeluk agama Kristen ketika beranjak dewasa, itupun setelah perenungan dan pencarian selama bertahun-tahun. Mula-mula ia masuk dalam gereja Trinity United Chruch tahun 1992, namun kemudian pindah ke Evergreen Capel tahun 2009, setelah berbeda pandangan dari pendetanya. Obama secara spiritual, dalam hidupnya, dalam kondisi kurang beruntung. Karena menurut pengakuannya, bapak biologisnya dianggapnya sebagai atheis, sementara bapak tirinya melihat agama sebagai kurang bermanfaat (saw religion as not particularly useful).

Obama dianggap masyarakat sebagai seorang berwibawa dan orator ulung, berimaginasi tinggi, komunikator, dan pintar. Dia juga berintegritas tinggi dan jago crisis management. Namun sebaliknya mereka menganggap dia berlatarbelakang kurang baik dalam hal keluarga, pendidikan dan pengalaman. Ditambah hubungannya dengan Kongres Amerika buruk, akibat kurang transparan dan kurang accountable.

Obama menganggap dirinya hidup dalam keluarga “Amerika Kecil,” dimana dipenuhi dengan perbedaan (diversity), yakni saudara tirinya Maya Soetoro Ng, keturunan Indonesia, dan anak-anak bapaknya yang keturunan Kenya itu, sebanyak tujuh orang – seorang diantaranya meninggal dunia.

Obama dibenci, Obama lebih disukai bangsa Amerika. Obama terpilih kedua kalinya sebagai presiden tahun 2012 dan dilantik 20 Januari 2013. Saat itu, Partainya, Partai Demokrat kalah pileg 2010 dari Partai Republik. Dalam pilpres 2012, Obama memenangkan 332 suara atau ekivalen dengan 51,1%, sebuah prestasi langka berkaitan dengan keterpilihan secara mayoritas, sebanyak dua kali berturut-turut. Dimana, di tahun 2008 dia telah terlebih dahulu memperoleh 52,9%. Namun tentu saja, cukuplah jadi presiden dua kali, sesuai konstitusi Amerika.

Dia (Jokowi) mengaku dirinya bukanlah dewa yang diagung-agungkan. Bagi Jokowi, dirinya hanya orang biasa seperti manusia-manusia lainnya. "Saya manusia biasa, makan nasi juga," candanya.

Dia memang manusia biasa, yang bangkit dari kemiskinan dan merengkuh mimpi besar menjadi seorang presiden Indonesia, negara muslim terbesar di seluruh dunia. Dia mungkin saja, sedang mewujudkan angan-angan bapaknya dulu, sama seperti Obama mewujudkan mimpi bapak biologisnya seperti ditulis dalam bukunya “Dreams from My Father.”

Melihat posisi geografis antara Jokowi Indonesia, Francis di Eropa dan Obama di Amerika, ditambah perbedaan latar belakang agama yang mereka anut, yakni Obama seorang Kristen, Francis seorang Katholik, serta Jokowi beragama Islam, maka mereka akan memiliki peluang, secara bersama-sama untuk menentukan arah politik dan perdamaian dunia.

Ketiga tokoh ini bisa mengambil peran aktif pada pusat konflik dunia saat ini, yakni perseteruan Israel dan Palestina yang berlangsung selama 'berabad-abad,' mirip penyakit kronis tanpa ada obatnya. Merekapun bagai 'Tom and Jerry,' yang mempertontonkan permainan kucing-tikus, untuk memperebutkan daerah teritori (yang tak seberapa luas) dan meluapkan balas dendam masing-masing.

Peran mereka bertiga akan mengurangi suhu politik di kawasan, mencegah munculnya korban yang tidak perlu, dan akhirnya meningkatkan kemajuan sumber daya manusia, teknologi dan ekonomi. Semoga!


*) artikel lainnya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun