Lebaran tahun ini dirayakan pada awal April 2025. Dalam lebaran ini, banyak sekali pengalaman yang terjadi, entah sebelum, saat, maupun sesudah lebaran. Pengalaman tersebut tentunya berbeda dengan pengalaman ditahun lalu meskipun secara garis besar itu sama. Akan tetapi, dalam kegiatannya itu berbeda. Pengalaman lebaran yang berharga disetiap tahun tidak akan terulang untuk kedua kalinya. Semuanya memilik kesan yang berbeda dan keunikan masing-masing. Pada tahun 2025 ini banyak sekali pengalaman baru yang terjadi, seperti bagi-bagi takjil sebelum lebaran, sholat id dengan imam yang berbeda dari biasanya, hingga pertemuan keluarga yang dilakukan ditempat yang berbeda. Penulis akan menceritakan pengalaman berharganya dalam bentuk essai sebagai bentuk cerita dalam Lebaran tahun 2025.
                                Â
  Saya tinggal di Desa Lumbang Sari, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang. Sebelum lebaran tahun 2025, semua masyarakat di desa saya menjalani puasa Ramadhan. Tentu saja setelah melakukan ibadah puasa, sudah sewajarnya untuk berbuka atau membatalkan puasa. Pengalaman baru di tahun 2025 ini, RT 1 tempat saya tinggal, pemuda-pemudi melakukan kegiatan bagi-bagi takjil kepada masyarakat yang melintas dijalan utama sebagai bentuk rasa syukur terhadap allah SWT. Bagi-bagi takjil ini dilakukan satu kali seminggu, tepatnya di hari Minggu. Dan bertepatan sekali, hari raya tahun ini jatuh pada hari Senin, jadi untuk kegiatan bagi-bagi takjil yang terakhir dilakukan sebelum malam takbiran dengan suasana meriah dalam bentuk sound. Memang sudah menjadi kebiasaan warga kabupaten untuk memeriahkan acara dengan sound.Â
  Saat lebaran berlangsung, desa saya menjadi sedikit ramai tidak seperti tahun lalu. Masyarakat sekitar berbondong-bondong menuju Masjid untuk melakukan sholat Idul Fitri. Pengalaman terbaru saya tentu saja imam atau pemimpin sholat berjamaah ini berbeda daripada imam-imam sebelumnya. Imam tersebut berasal dari kecamatan Pakisaji. Jadi, saya dan keluarga sholat dengan imam yang berbeda kecamatan. Lebaran sebelumnya, imam sholat Idul Fitri selalu berasal dari dalam desa (warga sekitar). Tetapi, tahun ini saya merasakan feel yang berbeda. Setelah menjalankan sholat Idul Fitri, keluarga saya melakukan tamu-mertamu di masyarakat sekitar. Saudara-saudara dari kakek-nenek didatangi satu-persatu guna menjalin silaturahmi.
  Pasca hari-H lebaran, keluarga kami melakukan pertemuan keluarga di Kecamatan Tajinan. Keluarga ini merupakan keluarga dari nenek saya jalur ibu. Nenek saya ini, memiliki 6 saudara dan menjadi kakak tertua. Saudaranya yang masih hidup hingga sekarang tersisa 3 saja yakni Mbah Kip (anak keempat), Pakdhe Sul (anak kelima), dan Mbah Kol (anak terakhir). Ketiganya menjadi sesepuh dalam pertemuan keluarga tersebut dan ditempatkan ditempat duduk yang berbeda diantara keluarga besar.
  Begitulah kira-kira pengalaman berharga saya dalam lebaran 2025. Semoga lebaran tahun depan, kita semua masih bisa bertemu dengan keluarga tercinta dan menikmati hari raya bersama-sama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI