Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Essi nomor 91 - Lima Bandara Antar-bangsa

7 Oktober 2025   09:46 Diperbarui: 7 Oktober 2025   09:46 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.bridgemanimages.com/en/noartistknown/easter-in-poland-girl-from-kurpie-ostrolenka/print/asset/3784915

Essi 91 - Lima Bandara Antar-bangsa
Tri Budhi Sastrio - Kasidi

Ada banyak perbedaan antara Indonesia dan Polandia,
            bahasa dan budaya,
Gaya dan warna, dan juga bendera walau untuk yang satu
            ini hanya berbeda
Letak posisi saja sementara warna persis sama, hanya
            putih dan merah saja.
Kalau Indonesia menyebut merah putih bendera pusaka
            sedangkan Polandia
Mungkin akan menyebutnya putih merah bendera
            kembalinya sebuah bangsa.
Bangsa ini memang bangsa yang pernah hilang begitu
            saja seabad lamanya
Sebelum akhirnya berhasil merdeka dan kembali masuk
            ke dalam peta dunia.
Sebuah perjalanan yang cukup aneh dan mendebarkan
            banyak hati rakyatnya.
Bayangkan saja sebuah negara digempur dan diporak-
            porandakan tiga negara
Jadi sasaran banyak bom dan serangan sementara mereka
            tidak tahu apa-apa.
Hampir serupa negara indah di lintasan khatulistiwa yang
            juga entah mengapa
Tiga setengah abad lamanya menjadi kancah permainan
            para penjajah kaya
Dan sebagai akibatnya penduduknya yang ramah serta
            kaya senyum dan tawa
Harus menderita karena ulah para pengelana berkuasa
            pencari pala dan lada.
Merah putih, putih merah, warna yang sama karenanya
            akan tidak masuk logika
Jika tidak bisa menjadi sahabat seia-sekata meskipun
            letaknya sangat berbeda
Yang satu di lintasan khatulistiwa yang satu hampir saja
            mendekati kutub utara.
Karenanya lagu ke Polandia aku yang Indonesia pergi
            untuk jadi dosen di sana
Mungkin pantas digubah walau harus sama dengan lagu
            Koes Plus ke Jakarta.

Perjalanan perdana ke negara Eropa tentu saja pantas
            dinikmati oleh siapa saja
Karena banyak kesan terekam begitu saja dan sayang jika
            dibuang tak berguna.
Banyak jalur tetapi saya melintasi lima bandara
            internasional mulai dari Juanda.
Sebagai peraih utama penghargaan bandara terbersih di
            Indonesia, ini bandara
Tentu saja mengagumkan meskipun ada terlalu banyak
            makelar berkarya di sana.
Di bandara ini hanya ada suguhan air, kereta dorong dan
            toilet gratis, selebihnya?
Harus membayar jika ingin mendapatkannya, kemudian
            pindah bandara di Jakarta.
Lebih besar, lebih ramai, tetapi selain kereta dorong dan
            toliet tampaknya tak ada
Yang cuma-cuma di ini bandara, bahkan terminal internet
            gratis pun belum nyata.
Koran dan majalah gratis dibagikan cuma-cuma tetapi ini
            kan karena Lufthansa.
Changi Singapura, paling tidak di tempat transitnya,
            meskipun pemeriksaannya
Terlalu ketat dan tidak masuk logika, tapi air dan
            terminal internet gratis tersedia.
Kesan mewah dan hebat juga terasa walau ini negara tak
            lebih besar dari Jakarta.
Berikutnya harus singgah di bandara internasional
            Munich yang juga luar biasa.
Besar, luas, megah, hanya anehnya di tempat ini tak ada
            terminal net cuma-cuma,
Akibatnya yang tidak membawa laptop ya tidak bisa apa-
            apa, tetapi jika bicara
Tentang minuman hangat seperti latte, cappucino, dan
            coklat semuanya ada
Tersedia melimpah dan cuma-cuma, jadi bagi para
            pecinta kopi dan variannya,
Bandara internasional Muenchen bolehlah dijadikan
            rujukan pembanding nyata.
Koran majalah juga tersedia melimpah walau sebagian
            besar Jerman bahasanya.
Sayangnya matahari hanya terlihat ketika pesawat dari ini
            kota tinggi di angkasa,
Selebihnya hanya abu-abu, hujan gerimis, salju, dan
            anginnya dingin luar biasa.
Bandara internasional berikutnya di Poznan, tiga ratus
            kilometer dari Warsawa.
Kotanya cukup besar -- hanya saja sepi -- sedangkan
            bandaranya kecil-kecil saja.
Buktinya ketika mendarat hanya terlihat dua pesawat dan
            pesawat jet Lufthansa
Dapat berputar begitu saja di landasan pacu sebelum
            menurunkan kami semua.
Dari kota yang universitasnya punya 50 ribu mahasiswa
            masih ada banyak cerita.
Bukan hanya tentang gereja-gereja tua tetapi juga tentang
            bahasa dan budaya
Yang memang seperti itulah tempat peradaban
            mengendap sejak dahulu kala.

Essi 91 - tbs/kas -- SDA15022012 -- 087853451949

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun