Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Essi nomor 297 - Selaksa Mantra Buat Sang Guru Bangsa (6)

13 Mei 2025   06:19 Diperbarui: 13 Mei 2025   06:19 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Essi 297 -- Selaksa Mantra Buat
Sang Guru Bangsa (6)

Tri Budhi Sastrio

Lain lagi ceritanya ketika berkaitan dengan
          rempah-rempah dan sebuah negara
Bernama Venezuela yang presidennya getol
          menyentil sini dan sana sehingga
Banyak telinga kepala negara memerah karena
          merasa tersinggung dan terhina.
Engkau meminta agar ini bangsa tak lagi
          membeli rempah-rempah dari negara
Yang penah menjajah bumi nusantara lebih dari
          tiga setengah abad lamanya.
Belilah langsung dari kami negara Indonesia
          karena memang besar diskonnya
Apalagi negeri seribu bendungan tempat anda
          membeli rempah-rempah dunia
Sebenarnya juga membeli rempah-rempah dari
          kami sebelum dijual ke anda.
Akhirnya peran Belanda sebagai makelar
          perantara rempah-rempah usai juga!

Baru memerintah empat puluh hari, yang dua
          puluh tiga habis di manca negara,
Mungkin ini rekor baru sulit dipecahkan, bahkan
          oleh presiden negeri adi daya.
Kritikan pun datang bertubi bagi presiden yang
          partainya dianggap tak berjaya,
Urusan domestik menumpuk tak karuan, eh sang
          presiden pergi keliling dunia.
Tetapi dasar kepala negara sangat istimewa,
          jawaban tak diduga telah siap sedia,
Mulai dari ide Forum Pasifik Barat beranggota
          banyak negara termasuk Australia,
Sampai dengan poros Indonesia, Cina dan India
          yang diasumsikan bak prakarsa
Kebangkitan benua Asia, dilontar sebagai
          pembenar bagi muhibah keliling dunia.
Tetapi entah kenapa, semua gagasan itu tertiup
          angin hilang sirna entah ke mana.
 
Sang manusia langka ini juga gemar memecat
          para menteri dalam kabinetnya,
Setiap dua bulan ada saja pejabat setingkat
          menteri yang menjadi korbannya.
Dua bulan pertama satu ketua partai yang
          menjadi menteri dipanggil ke istana.
Keperluannya? Bukan untuk memberikan pujian
          tanda dapat bekerja sama,
Melainkan surat pemberhentian dan sang
          menteri harus menyerahkan jabatannya.
Dua bulan kedua seorang panglima juga ikut
          menerima dan merasakan getahnya.
Tugasnya dianggap paripurna sehingga jabatan
          panglima harus diserahkan segera
Dua bulan ketiga, tibalah giliran menteri
          perindustrian yang dijabat oleh saya,
Begitu kata JK, sambil terkekeh gembira
          mengenang saat-saat penuh drama.

Sang JK juga punya banyak cerita sebelum dia
          benar-benar dinyatakan paripurna
Sebagai pejabat negara; pernah suatu ketika dia
          sedang melawat ke mancanegara,
Dan pikirnya, apa yang dilakukan sudah sesuai
          dengan amanat kepentingan negara.
Sehingga dirasa tidak perlu lapor dan meminta
          ijin pada sang kepala negara segala.
Tetapi kali ini si JK salah sangka karena sang
          manusia langka yang kepala negara
Tersinggung berat tak terkira-kira; dan menteri
          JK dipanggil pulang dengan segera,
Untuk diberi tahu bahwa mereka berdua tak lagi
          bisa bekerja sama. Lho, mengapa?
Bukankah anda pergi ke mancanegara tanpa
          minta ijin pada saya, gertaknya.
JK menyodorkan kertas yang katanya ijin dari
          sekretaris negara dan selamatlah dia.

Essi 297 -- tbs/kas - SDA010102012 -- 087853451949

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun