Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Essi nomor 291 - Masih Hijau, Rasanya Masih Hijau

12 Mei 2025   10:00 Diperbarui: 12 Mei 2025   09:25 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Essi 291 -- Masih Hijau, Rasanya Masih Hijau
Tri Budhi Sastrio

Apakah orang yang tak pernah berdusta tidak
          cocok bergabung ke ranah politik?
Penelitian ilmiah rasanya belum ada tetapi ini
          jelas pertanyaan yang menggelitik,
Tetapi tidak serta merta jawaban yang
          memuaskan ada serta tersedia sekali klik.
Bahkan penelitian ilmiah pun belum tentu
          mampu sediakan jawaban bolak balik.
Yang jelas ada, karena banyak contohnya,
          adalah politik dusta dan dusta politik.
Politik dusta adalah melakukan kegiatan politik,
          dan dusta menjadi bagian intrik.
Tidak apa berdusta yang penting tujuan tercapai
          dan permainan tampak cantik.
Sedangkan dusta politik ya dusta juga, yang
          disampaikan karena alasan politik,
Dan yang biasa melakukan mereka yang
          berkuasa, yang lain mengekor bak itik.
Ke mana yang berkuasa berjalan ke situ para itik
          berbaris tanpa banyak selidik.
Karena bagi itik mengikuti yang di depan adalah
          hukum tanda taatnya anak didik.

Ranah politik Indonesia terus heboh tidak henti-
          hentinya dan sekarang lagi kacau.
Gelombang dahsyat terus menerpa laksana
          kena letusan gunung Anak Krakatau.
Yang satu belum usai yang lain datang
          menimpa, ibarat kumpulan burung bangau
Terbang ke barat atau timur sama saja, suara
          kadang tak jelas dan sering meracau,
Yang paling akhir cerita tentang perompak dan
          pemeras banyak terdengar di lepau.
Karena tingkatannya kedai dan lepau jadi
          semuanya mirip lenguhan suara kerbau.
Serak parau tidak halangan, jelas atau kabur
          bukan hambatan, sumbang sengau
Juga bukan masalah, yang penting ada yang
          dibicarakan, sedangkan bukti walau
Tak jelas, kacau balau, ya tidak masalah, ini ciri
          khas diskusi kedai di tepian danau.

Tetapi jika yang bicara seorang menteri dan
          sasaran tembaknya para wakil rakyat,
Maka meracau dengan tuduhan bukti kacau
          dampaknya bisa gawat kelewat-lewat.
Serangan balik derajatnya hebat karena para
          wakil rakyat yang katanya terhormat
Mana rela membiarkan satu penghujat bebas
          bekoar di laut, di udara dan di darat?
Ini masalah martabat, jadi kalau buktinya tidak
          keras dan hebat, yah, ada nasehat.
Lebih baik diam dan terus saja melihat, ada di
          mana tuh bukti yang hebat dan kuat.
Jika sudah dapat barulah boleh merancang
          serangan kilat guna sikat pengkhianat.
Kalau tidak kan begini jadinya ... berita sudah
          menyambar-nyambar laksana kilat,
Guntur pun menggelegar guncangkan seluruh
          jagat, eh ... tiba waktunya didaulat
Buka semua nama serta bukti-buktinya yang
          kuat ...sehingga para durjana laknat
Segera dapat secara singkat, tepat, cepat
          dilaporkan ke meja aparat buat dicatat,
Lalu disidik, lalu dituntut, lalu disidang, lalu
          dikirim ke tempat yang pas dan tepat,
Agar mereka dapat merenung lalu bertobat,
          bahwa memeras itu perbuatan jahat,
Eh ... nama minim, bukti tidak ada, ditambah lagi
          'ini semua katanya', wah ciaklat.
Menggali kubur sendiri mungkin belum tetapi
          tanda-tanda akan tamat jelas terlihat.
Yang sudah ada bukti kuat saja yang namanya
          gulat terus saja berlangsung ketat,
Apalagi kalau cuma katanya dan katanya ... yah
          ... siap-siap saja untuk dilumat,
Bukan cuma oleh mereka yang wakil rakyat,
          tetapi juga oleh kolega yang pejabat.
Jalan lolos memang masih ada dan tampaknya
          belum terlambat, tapi harus cepat,
Kalau terus lamban dan lambat-lambat ya
          jangan heran kalau akan segera tamat.

Dukungan suara ayo maju terus, jangan takut,
          buka saja nama para pengkhianat,
Sekilas memang bagus tampak bersahabat,
          tetapi ini kan dunia strategi hai sobat.
Yang mendorong memang bisa tulus tetapi bisa
          juga mereka punya banyak niat.
Tidak jahat ... tetapi juga jelas bukan agar 'tuan
          Dahlan' semakin hebat dan kuat.
Membiarkan lawan semakin hebat dan kuat kan
          tidak mungkin dijadikan prasyarat
Agar seorang kandidat ikutan menjadi kuat dan
          hebat ... itu kalau menjadi sahabat,
Bagaimana nanti kalau malah jadi pesaing
          terdekat ... kan lebih baik cepat dibabat.
Lagipula nalarnya kan seperti ini ... kalau
          memang sejak awal memang punya niat,
Membongkar korupsi serta turunkan para
          perompak negara dari tempat terhormat
Mengapa tidak mereka saja yang menjadi
          pembuka jalan dan pengobar semangat?
Memangnya di tempat mereka menjabat tidak
          ada tuh yang namanya pengkhianat?
Pasti ada dan mungkin banyak juga jumlahnya
          ... dan eh, kok mereka tidak dibabat?
Kok diam dan tenang-tenang saja sepertinya
          semuanya sudah sejak lama bertobat.
Lalu ketika ada yang berani nekad bercuap-
          cuap, mereka dengan penuh semangat
Ikut memberi dorongan ... bongkar ... bongkar
          saja ... ini benar-benar strategi siasat.
Kalau sukses mereka bisa memberi maklumat
          telah ikut dalam tim penyelamat,
Tetapi kalau tidak berhasil ... aha ... satu
          kandidat telah hilang tidak punya tempat.
Politik tentu saja tidak jahat, begitu juga dengan
          yang namanya strategi dan siasat.
Hanya saja kalau tidak benar-benar siap dan
          hanya merasa lalu terjun siap bergulat,
Banyak akibat yang mulanya hanya lamat-lamat
          segera bisa berubah sangat gawat.
Sahabat dan pengkhianat tak jelas sekat karena
          semua berbaur dalam taktik siasat.
Dan kalau bicara tentang taktik dan siasat tentu
          saja bukan masalah baik atau jahat.
Baik dan jahat dapat lebur menjadi satu asal
          bingkainya taktik dan arenanya siasat.

Yang juga menjadi masalah adalah dusta karena
          rasanya nuansa dusta mulai terasa.
Pada mulanya mungkin saja memang tak ada
          niatan dusta, niatannya baik-baik saja,
Hanya saja kala negara lewat BPK nyatakan
          dengan tegas ada kerugian negara
Yang fantastis angkanya -- walau katanya masih
          kurang fantastis --  agak panik juga.
Buktinya? Terlontar sejumlah nama ditengara
          menjadi pemeras perusahaan negara.
Memangnya pemerasan terjadi sesaat setelah
          selesainya itu audit PLN versi BPK?
Tidak kan ... sudah lama kan ... sejak beliaunya
          menjabat kan, terjadi ini perkara ...
Lalu mengapa baru dikerek ke angkasa setelah
          ditengara adanya kerugian negara
Yang konon sengaja dilakukan beliaunya ketika
          menjabat sebagai direktur utama?
Kaitan langsung sebagai tameng bisa saja tidak
          ada, tetapi bisa saja memang ada.
Kalau tidak ada yah banyak orang pantas
          bernafas lega, tetapi bagaimana jika ada?
Bukankah awal dusta sudah dimulai walau pada
          awal niatannya sama sekali tuna?
Berdusta walau terpaksa tetap saja berdusta
          namanya, dan pasti jelek dampaknya.
Sekarang ini situasinya kan seperti film komedi
          saja, maju kena mundur juga kena.
Dilanjut berbahaya dihenti juga tidak kalah
          bahayanya ... lalu enaknya bagaimana?
Sarannya sih sederhana saja ... jangan tergoda
          untuk berdusta, apapun alasannya.
Karena sekali tergoda wah ... pasti sulit untuk
          melepaskan diri dari jeratan mautnya.
Jika negara rugi karena memang disengaja dan
          itu diputuskan bersama jajarannya,
Ya dihadapi saja konsekwensinya dan tak perlu
          membuka arena pergulatan lainnya.
Pada arena ini saja bisa lolos dengan selamat
          sejahtera sudah merupakan karunia,
Jadi mohon jangan ditambah dengan arena baru
          karena nanti pasti konyol jadinya.
Keputusan membiarkan negara rugi ribuan
          milyar jelas bukan hal yang sederhana.
Apapun motifnya, pengawas negara pasti
          mengejar sampai tuntas ke akhir cerita.
Dan karena mereka juga brengsek tidak lalu
          bermakna yang ini jadi hilang salahnya.
Salah ya salah, dusta ya dusta, pemeras ya
          pemeras, penjelasan tetap harus ada.
Dan penjelasan inilah yang sekarang masih tak
          tentu rimbanya, tak jelas ujungnya.

Kembang telasih daunnya berkilau, semerbak
          mengharum ke seluruh lingkungan.
Memang rasanya masih hijau, dijebak pun
          terasa sedang memperoleh dukungan.

Essi 291 -- tbs/kas - POZ07112012 -- 087853451949

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun